Ekonomi Rusia Suram?

Ambisi Presiden Vladimir Putin untuk menjadi kekuatan di Eurasia (Eropa dan Asia) menyurut menyusul jatuhnya Rubel. Slogan ‘Russky kak zerkalo’ (Rusia sebagai cermin dunia), sudah terbukti goyah di tengah ekonominya yang melemah.

Bacaan Lainnya

bank siprusEkonomi Rusia makin sulit, bahkan ditengarai ambruk (collapse). Putin kurang menyadari bahwa ada saling pengaruh dan saling ketergantungan antara konflik Rusia versus Ukraina dan respon Barat atas agresifitas Moskwa terhadap Kiev.

Ekonomi Rusia tengah kolaps, akibatnya sektor perbankan berada di jurang kritis. Kemahiran Presiden Vladimir Putin dalam memimpin Rusia pun, sedang diuji.Di Eropa dan Asia, dua mandala utama Putin, pengaruh Moskwa menyusut karena ekonomi Moskwa yang surut.

Nilai tukar mata uang Rusia atas dolar Amerika Serikat jatuh sekitar 20 persen, dan mencetak sejarah kelam. Jatuhnya rubel merupakan buntut dari anjloknya harga minyak dunia. Ekspor minyak merupakan salah satu pemasukan terbesar bagi Negara Beruang Putih tersebut.

Selain itu, keterpurukan juga imbas dari sanksi yang dijatuhkan Amerika dan Uni Eropa. Sejauh ini, sanksi ekonomi yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) dan Eropa telah menyebabkan penarikan dana asing besar-besaran keluar dari Rusia.

Bahkan sebelum krisis di Ukraina terjadi, pertumbuhan Rusia telah terganggu karena serangkaian masalah internal seperti lambatnya lambatnya pengeluaran kondumrn, terhambatnya investasi dan lemahnya permintaan ekspor energi.

Para analis menyatakan, masalah politik Rusia dengan Ukraina ditengarai menjadi akar permasalahan kolapsnya ekonomi negeri Beruang Putih itu. Apa lagi, membanjirnya pasokan minyak mentah dari negara-negara penghasil minyak (OPEC) telah memperparah kondisi Rusia yang juga adalah produsen minyak.

Membanjirnya pasokan minyak OPEC bukan tanpa desain, sebab hal itu tak terlepas dari dorongan AS/Barat agar harga migas dunia jatuh dan itu berdampak ke Rusia secara serius sehingga Moskwa kian terbelit kesulitan ekonomi. Dan memburuknya perekonomian Rusia juga memberi kontribusi atas pelemahan mata uang dunia.

Sebagaimana kita ketahui, sejak menyerang Ukraina, Rusia mendapat sanksi ekonomi yang terus berjalan sampai hari ini. Pada satu sisi, ada pertarungan bersenjata, dan di sisi lain, pertempuran ekonomi.

“Akibatnya ekonomi Rusia kolaps, terpuruk, dan membuat sentimen di emerging market menjadi jelek sekarang ini,” kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara, di Jakarta, Rabu (17/12/2014).

Sejak dikenai sanksi itu pula, rubel Rusia terus melemah. Bank Sentral Rusia tercatat sepanjang tahun ini sudah enam kali menaikkan suku bunga acuan. Mereka pun melakukan intervensi ke pasar valas untuk mengerem pelemahan. Hasilnya cadangan devisa tergerus hingga tinggal 400 miliar dollar AS.

Terakhir, Bank Sentral Rusia menaikkan 650 basis poin suku bunga acuannya menjadi di level 17 persen. Padahal, belum ada sepekan sebelumnya, suku bunga acuan juga sudah naik 100 basis poin. Namun, rubel Rusia justru semakin terteken.

Mirza juga menyampaikan, selain sanksi dari Barat–Eropa dan Amerika–, Rusia juga berhadapan dengan merosotnya harga minyak dunia. Negara-negara anggota OPEC dengan senjaga pula tetap membanjiri pasar dengan pasokan minyak agar penjualan minyak menjadi tidak ekonomis.

Di Moskwa, publik menanti kebijakan apa yang dilakukan untuk menjaga ekonomi negaranya kembali pulih, baik di tingkat domestik Rusia maupun di kalangan internasional. Sebab, kolapsnya ekonomi Rusia dikhawatirkan bisa menyeret negara-negara di kawasannya.

Dengan jatuhnya Rubel dan stagnasi ekonomi Rusia, maka masa depan Putih makin suram, dan masa depan ekonomi rakyat Rusia bakal kelam. Rusia kini tengah menghadapi kondisi ekonomi terparah sejak 2009 saat negaranya mengalami perlambatan ekonomi sangat parah.

Rusia juga mengalami sejumlah masalah struktural seperti lemahnya sektor swasta, rendahnya produktivitas tenaga kerja dan ketergantungan yang akut pada ekspor energi.

Yang jelas, kebijakan Putin di Eropa dan Asia terpukul keruntuhan ekonomi Rusia sendiri. Nasionalisme agung macam apa yang bakal dipakai Putin untuk bertahan di kekuasaan? Cara-cara lama era komunis yang menggelorakan Nasionalisme Rusia dengan memperkuat militernya dan dengan slogan ‘’Russky kak zerkalo’’ (Rusia sebagai cermin dunia), sudah terbukti ambruk.

Di tengah kompetisi dunia yang makin sengit, jika Putin ngotot bertahan dengan jualan ‘ideologi Nasionalisme’ dan propaganda ‘Rusia Tak Bisa Didikte AS/Barat’, sementara ekonomi runyam, bisa jadi Putin bakal tenggelam. (inl/OB1)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *