Replanting Kelapa Sawit di Sumut Sudah Mendesak

Acara yang menghadirkan pembicara dari BPDP, Bank Syariah Mandiri, BRI , Apkasindo dan Asian Agri diikuti oleh pejabat dinas perkebunan dan kelompok tani dari kabupaten/kota di Sumut.

Bacaan Lainnya

Staf Eksekutif BPDP, Deri Ridhanif menyebutkan, BPDP akan mengucurkan dana kalau semua persyaratan sudah dipenuhi kelompok tani setelah sebelumnya mendapat rekomendasi dari Komite Sawit.

“Petani sawit Sumut memang memiliki potensi untuk mendapatkan dana BPDP karena selain luas tanaman tua yang perlu diremajakan cukup luas, juga ada informasi bahwa sebagian tanaman petani memiliki produktivitas di bawah 10 ton per hektar. Tetapi tentunya pengucuran dana replanting dari BPDP yang sebesar Rp 25 juta/hektar itu harus memenuhi persyaratan, seperti masuk dalam kelembagaan kelompok tani dan kerja sama dengan perbankan,” katanya.

Manager BSM Area Medan I, Wisnu Sunandar menyebutkan, pihaknya berminat sebagai bank penalang dana replanting sawit dari BPDP dalam wujud komitmen mendukung program pemerintah membantu petani dan pengembangan sawit berkelanjutan serta melihat potensi besar bisnis sawit petani.

“Sebelumnya kami juga telah bermitra dalam pengucuran dana BPDP untuk peremajaan sawit petani binaan Asian Agri di Riau. Dengan pengalaman tersebut, BSM juga siap bermitra dengan petani sawit di Sumut,” katanya.

Ketua Apkasindo Sumut, Ir Gus Dalhari Harahap berharap, semua pihak dapat mendukung petani sawit Sumut, terutama dalam mendapatkan dana replanting sebab usia kelapa sawit petani memang sudah tua.
“sebagaimana kita ketahui bahwa kendala peremajaan sawit petani, dikarenakan ketidak tersediaan dana. Dengan adanya peluang dana hibah dari BPDP, kami berharap dukungan baik pemerintah, perbangkan, dan pengusaha, dapat membantu petani untuk bisa mendapatkan peluang tersebut. Kami ingin petani Sumut juga bisa mendapatkan kucuran dana BPDP, sebagaimana yang telah diperoleh petani binaan Asian Agri di Riau,” katanya.

Head Plasma dan Swadaya Asian Agri, Pengarapen Gurusinga menyebutkan, bagi Asian Agri kerjasama dalam replanting kebun petani bukanlah hal baru mengingat Asian Agri sejak tahun 2010 sudah mempersiapkan program replanting untuk petani binaan perusahaan.

Dari total 60.000 hektare areal plasma binaan Asian Agri, tahun ini sudah 310 hektare yang direplanting dan akan menyusul 990 hektare lagi.

“Kemitraan dengan petani sudah merupakan model bisnis dari Asian Agri. Setelah lebih dari 30 tahun kemitraan saat ini kebun petani kami juga sedang menjalankan replanting,” ujarnya.

Dalam replanting yang penting untuk diperhatikan adalah bibit yang digunakan haruslah bibit unggul. “Penggunaan bibit unggul dalam replanting adalah mutlak, karena dampaknya akan terasa 25 ke 30 tahun ke depan. Oleh karena itu, dalam replanting petani sawit binaanya, Asian Agri menggunakan bibit Topaz karena sudah teruji dan terbukti, dimana pada tahun pertama saja sudah dapat mencapai 15-18 ton per hektare dan tahun kelima bisa mencapai 31-35 ton per hectare, bahkan lebih,” ujarnya.

Ang Boon Beng, Head OPRS (Oil Palm & Research Station) Asian Agri juga membenarkan pentingnya pengunaan bibit unggul dalam rangka peremajaan kebun sawit. “Dalam peremajaan, bibit unggul sawit yang digunakan harus dipastikan asli, agar petani tidak merugi dan menyesal nantinya. Gunakanlah bibit unggul yang jelas sumbernya. Kami sendiri hanya menggunakan satu pintu untuk pemasaran bibit agar bibit yang sampai kepada konsumen terjamin keasliannya,” ujarnya pada saat mengisi pameran di acara Pembinaan Kelembagaan Assosiasi Petani Pekebun, Kelompok Tani dan Koperasi Petani  Perkebunan yang diselenggarakan oleh Dinas Perkebunan Sumatera Utara tersebut. (rel/OB1)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *