BeTor Menjadi GoCak, Mengapa Tidak?

Catatan: Chairuddin Pasaribu

ADA ‘keramaian’ di Medan yang tidak kalah menarik dari Aksi 212 seri kedua di Jakarta, 21 Februari lali.

Bacaan Lainnya

Bila di Jakarta ada Aksi 212 oleh puluhan ribu umat memenuhi kawasan sekitar Parlemen untuk menyuarakan tuntutan pemberhentian sementara gubernur DKI Jaya BTP (Basuki Tjahaya Purnama) karena telah menyandang status terdakwa dalam kasus penistaan agama, maka di Medan ratusan abang BeTor (beca bermotor) mendemo kantor walikota Medan guna mendesak penghentian operasional angkutan berbasis online, yakni GoJek dan GoCar yang sudah hadir di Medan sejak tahun lalu.

GoJek adalah angkutan dengan moda sepeda motor, sedangkan GoCar memakai moda mobil. Pemanfaatan jasa kedua angkutan tersebut berbasis online (internet).

Dengan demikian pemesanannya menjadi sangat mudah. Calon penumpang tidak perlu menuggu di pinggir jalan atau halte sebagaimana halnya memesan BeTor. Cukup memencet tuts ponsel android untuk menghubungi operator administrasinya. Dan, dalam hitungan menit sudah bisa muncul si GoJek di titik lokasi pemesan. Cukup praktis.

Selain lebih mudah, tarif angkutan online juga relatif lebih murah. Contoh: angkutan GoJek dari MedanMall di pusat kota menuju kawasan Mandala ByPass di belahan timur tarifnya “hanya” sekitar Rp10 ribu.

Besaran tarif ditetapkan oleh operator –bukan oleh si driver– berdasarkan jarak tempuh. Harga ini lebih murah dari tarif BeTor melalui negosiasi langsung, bisa antara Rp15 ribu hingga Rp20 ribu. Dengan demikian masuk akal bila penumpang yang sendirian dan tak membawa bawaan berat lebih memilih GoJek.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *