Asian Agri: Petani Penentu Keberhasilan Industri Sawit di Indonesia

OBROLANBISNIS.com – Tidak banyak perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang peduli dan mau membina petani plasma maupun swadaya.

Bacaan Lainnya

Image yang menguap ke publik itu ditepis oleh Asian Agri, sebagai perusahaan perkebunan kelapa sawit yang beroperasional di tiga provinsi Pulau Sumatera, yakni Sumatera Utara (Sumut), Riau dan Jambi.

Asian Agri sangat berkomitmen melakukan pembinaan petani-petani untuk menjadi mitra plasma maupun swadaya. Bukan hanya itu saja, Asian Agri mendorong petani sebagai pemasok terbesar kedua di Indonesia untuk memenuhi kuantitas sekaligus kualitas pasar sawit baik ditingkat pasar komoditas sawit domestik dan internasional.

“Pengembangan kapasitas petani harus terus kita kembangkan, karena mereka (petani) adalah penentu keberhasilan industri sawit di Indonesia. Oleh karenanya, Asian Agri merasa berkewajiban untuk terus membantu mengembangkan kapasitas para petani, agar kualitas sawit yang dihasilkan sesuai dengan standar yang sudah ditentukan oleh pasar,“ kata Direktur Corporate Affair Asian Agri, Muhammad Fadhil Hasan dalam buka puasa bersama Kemitraan Asian Agri dengan Insan Pers, Selasa (22/5/2018).

Turut hadir Head of Operation Asian Agri Bukit Sanjaya, Head Of Social Security & License Asian Agri Ariston Noverry Fau, Humas Asian Agri Lidya Veronica Ginting, Ketua PWI Sumut Hermansyah SE, sejumlah Pemimpin Redaksi baik media cetak, elektronik dan online serta insan pers.

Fadhil menambahkan, konsumen sawit semakin menyadari pentingnya jaringan pemasok untuk mematuhi ketentuan keberlanjutan sebagai tanggung jawab terhadap kelestarian alam.

Fadhil menjelaskan di jajaran senior media di Sumatra Utara, bahwa masing-masing pemangku kepentingan wajib untuk mengambil peran dalam membuka mata dunia terhadap industri sawit di Indonesia, termasuk Asian Agri sebagai perusahaan yang berkomitmen terhadap lingkungan.

“Peran perusahaan dapat diwujudkan melalui contoh praktik-praktik terbaik dalam pengelolaan kebun dan proses pengolahan kelapa sawit, serta upaya mengedukasi publik secara terus-menerus,” katanya.

Dalam hal keberlanjutan, Asian Agri berfokus pada intensifikasi oleh karenanya tanaman sawit yang ditanam harus dipastikan berkualitas. Pusat Penelitian dan Pengembangan Asian Agri terus mengembangkan pengetahuan dan teknologi yang dapat menghasilkan benih sawit berkualitas, yang mana saat ini telah menghadirkan Topaz seri 4. Benih berkualitas dan praktik pengelolaan terbaik menjadi kunci penting dalam keberhasilan produksi sawit.

Fadhil menyebutkan, Asian Agri memiliki komitmen tinggi terhadap keberlanjutan yang berwawasan lingkungan. “Perusahaan mengadopsi NDPE (No deforestation, no peat development, and no exploitation) menjadi kebijakan keberlanjutan perusahaan dan sepenuhnya patuh terhadap kebijakan dan standar keberlanjutan yang ditetapkan oleh badan nasional dan internasional seperti ISCC, RSPO dan ISPO,” ucapnya.

Praktik-praktik keberlanjutan yang ditunjukkan kepada pihak luar merupakan langkah konkret perusahaan dalam menjawab dan meluruskan isu-isu yang selama ini dihembuskan negara-negara barat terhadap industri sawit di Indonesia.

“Asian Agri memiliki komitmen tinggi terhadap keberlanjutan, kemampuan telusuran rantai pasok (traceability), memiliki kemitraan yang kuat dengan petani plasma maupun swadaya dan telah berhasil mengelola limbah sawit menjadi energi terbarukan,” cetusnya.

Sejalan dengan program pemerintah dalam menyediakan energi baru terbarukan, Asian Agri telah membangun dan mengoperasikan tujuh (7) Pembangkit Listrik Tenaga Biogas dengan memanfaatkan limbah cair kelapa sawit.

Saat ini, Asian Agri sedang membangun tiga (3) unit PLTBg yang berada di Kabupaten Pelalawan, Riau, serta Kabupaten Labuhan Batu dan Asahan di Sumatra Utara, dari target seluruhnya 20 unit PLTBg pada tahun 2020, yang akan berpotensi menghasilkan tenaga listrik sebesar 44 MW.

Sebelumnya, Bukit Sanjaya, Head of Operation Asian Agri menyebutkan, kemitraan dengan petani menjadi fokus Asian Agri dalam meningkatkan produktifitas sawit di tiga provinsi, yakni Sumatra Utara, Riau dan Jambi.

“Komitmen Kemitraan One to One, mewujudkan pengelolaan kebun kelapa sawit petani mitra yang luasnya sama dengan kebun inti Asian Agri, yakni mencapai100.000 hektar kebun petani mitra pada tahun 2018,” ulasnya.

Program Kemitraan One to One, sebut Bukit, memungkinkan pengelolaan satu hektar lahan petani sebanding dengan satu hektar lahan inti Asian Agri dalam mengelola kebun dengan praktik agronomi terbaik, dibekali pelatihan, pendampingan di lapangan, peralatan modern serta akses yang dibutuhkan petani mitra untuk meningkatkan produksi kebun kelapa sawit secara berkelanjutan.

“Dengan demikian tantangan sawit Indonesia dapat terjawab dengan langkah konkret yang telah dilakukan oleh perusahaan,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua PWI Sumut, Hermansyah SE mengapresiasi kemitraan antara Asian Agri dengan insan pers yang telah terjalin begitu lama. “Tak hanya petani yang dirangkul oleh Asian Agri, insan pers juga telah menjadi mitra baik perusahaan dalam menyebarluaskan informasi ke tengah masyarakat. Hal itu dibuktikan dengan konsisten Asian Agri menggandeng insan pers dalam berbagai kegiatan berkaitan media,” jelasnya.

PWI berharap, kemitraan bersama Asian Agri tetap terjalin dengan baik. “Kerjasama ini diharapkan terus ditingkatkan,” ucapnya. [OB1]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *