Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Unggul Priyanto mewaspadai pengelolaan energi masa depan. Unggul menilai, Indonesia bisa menjadi net importir energi saat pemanfaatan pengelolaan sumber daya alam tak optimal.
“Pengelolaan energi di 2020 membuat Indonesia mengimpor minyak mentah sebesar 220 juta barel dan produk Bahan Bahan Bakar Minyak (BBM) 25 juta barel. Meski pemanfaatan batubara sebagai sumber enegi meningkat persentasenya,” jelas Unggul di di Jakarta, Selasa (30/09/2014).
Unggul mengatakan, 2025 diperkirakan batubara pemanfaatannya meningkat signifikan dengan persentase 38%. Adapun minyak sebagai pemanfaatan energi sebesar 33%.
Tingkat persentase pemanfaatan batubara 38%, tahun 2025. Ia mengutarakan, maka 70% pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) mendominasi sistem kelistrikan nasional. PLTU merupakan pembangkit listrik bersumber bahan baku dari komoditas batubara.
Ia menjabarkan, Indonesia menjadi salah satu negara berstatus net importir energi tahun 2033 mendatang, terhitung sejak aksi impor gas bumi yang diproyeksikan terjadi tahun 2023 mendatang.
“Proyeksi kami di tahun 2033 Indonesia sudah menjadi net importir energi. Hal tersebut perlu diantisipasi secara serius oleh pemerintah yang akan datang,” kata dia.
“Tahun 2034 batubara kita sudah habis. Itu pun kalau pemerintah terus melakukan ekspor tanpa melakukan pengendalian terhadap produksi komoditas itu di dalam negeri,” imbuh dia. (inl/OB1)