Sumut Siap Bersaing dengan Negara ASEAN

Wakil Gubernur, HT Erry Nuradi MSi menyingggung kesiapan Sumut dalam menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan diberlakukan akhir 2015 mendatang.

Salah satu upaya yang harus disiapkankan adalah membekali semua pihak dengan berbagai keahlian agar dapat bersaing dengan Sumber Daya Manusia (SDM) negara ASEAN.

Bacaan Lainnya

“Sumut tidak lagi saingan dengan Riau, Aceh atau provinsi lain di Indonesia. Tetapi Sumut akan bersaing dengan Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura dan sejumlah negara ASEAN lainnya. Jika kita tidak dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan di masa mendatang, kita akan terancam menjadi penonton di negeri sendiri,” ucap Erry.

Kebijakan pemerintah untuk membatasi ekspor bahan baku ke luar negeri merupakan langkah cerdas dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Selama ini, bahan baku dalam negeri dikirim keluar kemudian produk jadi dikembalikan ke Indonesia.

“Akibatnya, kita menjadi konsumtif, tidak produktif. Misalnya, sawit yang memiliki lebih dari 50 turunan, termasuk bahan kosmetik, sabun dan bahan bakar non fosil. Jika CPO diekspor, manfaat terbesar tidak akan kita rasakan. Justeru negara luar akan mendapat kuntungan jauh lebih besar dibanding Indonesia,” terang Erry.

Erry berharap, Sumut dapat mengembangkan perekonomian tanpa melanggar 3 hal penting yang terus menjadi isu dunia yakni masalah energy, pangan dan lingkungan.

“Dalam mengembangkan bisnis, dunia usaha harus menyesuaikan tanpa melanggar 3 isu dunia tersebut. Jika tidak, dunia internasional akan bereaksi dan menolak hasil produksi dalam negeri yang tidak sesuai pengembangan ekonomi berwawasan lingkungan,” ujar Erry.

Erry mencontohkan, CPO yang dihasilkan dari perkebunan yang merusak hutan lindung akan mendapat penolakan dari dunia internasional. Begitu juga dengan turunannya. Tidak terkecuali pangan yang dihasilkan menggunakan zat berbahaya bagi manusia, tentu akan mendapat penolakan dari negara konsumen.

“Ini juga perlu mendapat perhatian kita bersama. Internasional memiliki standarisasi tertentu yang harus dipenuhi. Jika tidak, hasil produk kita akan kalah bersaing dengan negara lain,” tambah Erry. (OB1)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *