BEI Medan Hampir Jaring Semua Investor di Sumut

Bursa Efek Indonesia Medan berhasil menjaring investor hampir di semua kota/kabupaten di Sumatera Utara dengan total 20.398 sub rekening efek hingga April 2015.

“Investor pasar modal yang dijaring BEI Medan sudah ada di 28 dari 33 kabupaten/kota di Sumut dengan total rekening efek orang hingga April 2015,” kata Kepala Pusat Informasi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Medan, M Pintor Nasution, di Medan, Selasa (2/5/2015).

Bacaan Lainnya

Keberhasilan itu merupakan hasil kerja keras BEI yang didukung pihak terkait, termasuk pergurung tinggi yang mendukung langkah BEI dalam melakukan sosialisasi pasar modal ke kalangan mahasiswa.

Peranan perguruan tinggi itu sangat singnifikan meski persentase investor dari kalangan mahasiswa di Sumut baru sekitar 25 persen. “BEI Medan akan terus ‘jemput bola’ untuk menarik investor pasar modal di Sumut, apalagi potensinya dinilai masih sangat besar,” katanya.

Potensi yang besar itu antara lain mengacu pada masih bertumpunya investor di sejumlah daerah di Sumut seperti Kota Medan sebanyak 16.534 rekening, Deliserdang 1.162 rekening, dan Pematangsiantar 508 rekening.

Bahkan di Kepulauan Nias pun dinilai cukup prospektif dengan berhasilnya BEI menjaring investor di Kabupaten Nias sebanyak 64 rekening dan Nias Selatan empat rekening. “Potensi investor di kabupaten/kota lain di Sumut juga masih cukup besar,” katanya.

Pada 2015, kata dia, BEI Medan menargetkan bisa menjaring 2.200 investor atau naik 200 dari target tahun lalu yang berjumlah 2.000 investor. Hingga April, realisasi investor sudah mecapai 600-an orang sehingga BEI Medan optimistis target investor yang direncanakan akan tercapai.

“Dengan semakin meleknya masyarakat terhadap investasi, diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan warga provinsi ini yang pada akhirnya berdampak ke nasional,” ujar Pintor.

Direktur Pengawasan Bank Kantor Regional 5 Sumatera Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Lukdir Gultom mengakui, literasi tentang pasar modal di tengah masyarakat Indonesia masih sangat rendah atau hanya 3,79 persen. Kondisi itu akibat beberapa faktor, khususnya anggapan bahwa untuk masuk ke pasar bursa memerlukan modal besar.

“Secara keseluruhan, literasi produk keuangan di Indonesia memang masih rendah, dan pasar modal paling rendah atau 3,79 persen,” katanya sambil menyebutkan perlunya edukasi dan sosialisasi secara terus menerus. (inl/OB1)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *