Ada ungkapan bahwa setiap kali memasuki bulan suci Ramadhan listrik PLN selalu mati. Sepertinya ini sudah menjadi budaya di saat memasuki bulan suci Ramadhan, bahkan itu sudah terjadi dalam dasawarsa terakhir.
Apa penyebab sering padamnya listrik di saat memasuki bulan Ramadhan tidak pernah diketahui secara pasti. Yang dipastikan adalah krisis listrik di wilayah Kota Medan dan sekitar sepertinya sudah menjadi tradisi dari tahun ke tahun dan sulit untuk dikikis.
Pemadaman listrik saat bulan ramadhan terus berlanjut. Buka puasa, sholat tarawih, tadarusan Al Quran atau sahur tanpa penerangan listrik kembali terjadi. Entah apa yang ada dibenak petinggi PT PLN Sumatera Utara.
Yang pasti dampak listrik padam, sumpah serapah masyarakat memuncak kepada perusahaan setrum milik negara ini. Betapa tidak, saat berbuka puasa atau aktivitas keagamaan lain tetiba listrik padam. PT PLN seperti melecehkan aktivitas kegamaan yang seemestinya dihormati tau dihargai.
“Apalagi prosesi ramadhan cuma datang sekali dalam setahun. Kekhusukan ramadhan dicederai. Janji diingkari. Pemerintah provinsi dipermalukan. Kasus terakhir adalah pemadaman bergilir pada (30/6). Hampir seluruh sudut wilayah Kota Medan dan sekitarnya mengalami pemadaman listrik. Sejak siang, buka puasa, sholat tarawih, tadarusan dan sahur listrik secara sistematik dan terencana padam bergilir,” ujar Direktur Lembaga Advokasi & Perlindungan Konsumen (LAPK), Dr Farid Wajdi SH MHum, Kamis (2/7/2015), di Medan.
Menyikapi itu, LAPK menilai, pemadaman bergilir itu sebenarnya keterlaluan. Masalahnya pihak PT PLN saat mematikan listrik tanpa melakukan antisipasi sebelumnya dan mematikan lampu secara mendadak. Banyak pihak menilai, kinerja pihak PLN sudah sungguh-sungguh keterlaluan tanpa memikirkan waktunya umat Muslim melaksanakan ibadah.
Lebih parah lagi, petinggi PT PLN seperti menjilat ludah sendiri. Petinggi PT PLN lewat media dihadapan Wakil Gubernur Sumatera Utara membuat janji tidak ada pemadaman listrik saat ibadah ramadhan 2015. Kalau pemadaman itu gegara ada bencana angin badai atau hujan lebat, sebenarnya pemadaman itu masih dapat dimakulumi. Tetapi masalahnya faktor alam atau peristiwa luar biasa sebagai penyebab listrik padam itu sama sekali tidak ada.
Masalah utama bagi pelanggan adalah pemadaman bergilir dilakukan saat umat Muslim beribadah puasa. Momentum ibadah ramadhan mestinya tanpa gangguan teknis seperti pemadaman bergilir. Selanjutnya berkaitan dengan janji petinggi PT PLN Wilayah Sumatera yang berkomitmen dihadapan Wakil Gubernur Sumatera Utara.
Listrik selama ramadhan tidak ada pemafaman listrik. Janji petinggi PT PLN itu dibarengi pula dengan tersedianya 134 genset dengan daya tegangan tinggi yang tersebar di 8 area se Sumut, di antaranya, Medan, Binjai, Lubuk Pakam, Pematangsiantar, Rantauprapat, Padang Sidempuan, Sibolga dan Nias.
Oleh itu, sungguh wajar jika dianggap PT PLN telah melecehkan dan mencederai kekhusukan ibadah ramadhan. Selain kepada PT PLN, diharapkan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara ikut bertanggungjawab atas pemadaman yang terjadi. Jadi, bukan hanya janji kosong yang diterima, namun jauh lebih penting lagi kebutuhan listrik yang dapat diandalkan mesti ditagih. Konon lagi, ekses listrik padam masuk ke semua lini.
Gubernur Sumatera Utara mestinya ikut bertanggungjawab, karena sebelumnya PT PLN Wilayah Sumatera Utara mempublikasi janji listrik tak padam dihadapan wakil gubernur. Sungguh menyedihkan persoalan krisis listrik tak kunjung tuntas pada setiap ramadhan.
“Sampai kapan derita pemadaman listrik dapat diakhiri, sepertinya masyarakat masih perlu bersabar seperti menguak misteri besar?” tanya Dosen Fakultas Hukum UMSU ini. (OB1)