Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kabupaten Aceh Singkil, selama bulan ramadan ini terus terjepit. Dari sebelum Ramadan, seharga Rp 1.425 menjadi Rp 1.400. Kemudian turun lagi menjadi Rp 1.325 per kilogram.
Penurunan harga TBS kelapa sawit diduga terkait makin dekatnya hari raya Idul Fitri 1436 hijriyah. Dimana petani akan ramai-ramai pinjam uang kepada tauke sawit untuk biaya persiapan lebaran. Kondisi itu dimanfaatkan para tauke sawit untuk menurunkan harga agar tidak merugi.
Mengingat, mereka harus melakukan penambahan modal, sementara petani mengembalikannya dengan sistem menyicil setiap panen sawit. “Seperti biasa, menjelang lebaran harga sawit turun drastis, karena banyak pinjaman kepada tauke sawit,” kata Agus, seorang petani sawit, pekan lalu.
Penurunan harga sawit ini cukup memukul petani yang menggantungkan hidupnya dari perkebunan kelapa sawit, di tengah tingginya kebutuhan selama bulan puasa. Belum lagi biaya masuk sekolah tahun ajaran baru yang waktunya hampir bersamaan.
“Harga sawit menjadi sangat murah hanya karena kami ambil pinjaman uang kepada tauke. Walau pun berat, namun kami tidak punya pilihan lain,” ujarnya.
Sebagai komoditi ekspor idealnya di tengah rupiah melemah, harga sawit meningkat. Tapi nyatanya tidak berlaku demikian, justru saat rupiah terpuruk harga sawit petani pun ikut terjepit.
Sementara itu, warga Singkil yang sebagian besar merupakan petani sawit mulai menyerbu pasar tradisional mulai diserbu pembeli. Walau pendapatan petani sawit menurun, namun mereka tetap berupaya membeli baju baru sebagai tradisi menyemarakkan Idul Fitri dengan pakaian serba baru.
Omzet pedagang pakaian pun terus meningkat. Bila sebelumnya pendapatan pedagang antara Rp 1 juta sampai dengan Rp 3 juta. Omzet pedagang pakaian kini tembus Rp 10 juta per hari. (srb/OB1)