KEBAKARAN hutan di Sumatera dan Kalimantan tiga bulan terakhir ini meninggalkan kerugian besar terhadap pelaku industri dan usaha.
Kerugian yang cukup besar nilainya dialami industri penerbangan, otoritas penerbangan, industri perhotel dan rumah makan serta pelaku-pelaku usaha lainnya.
Yang dominan mengalami kerugian besar adalah industri penerbangan. Tercatat tiga maskapai besar merugi dengan nilai taksiran Rp 24 miliar.
Kepala Bank Indonesia (BI) wilayah Kalimantan Tengah, Muhamad Nur mengkalkulasi, pada September 2015 tercatat penurunan total jumlah pesawat yang datang dan berangkat dari Bandara Tjilik Riwut (Palangka Raya) mencapai 43,68 persen, atau 358 pesawat terbang.
“Kerugian tiga maskapai besar yang beroperasi di Kalimantan Tengah itu akibat pembatalan penerbangan sejak Agustus hingga September merugi Rp 24 miliar,” kata Nur.
Kalimantan Tengah memiliki tiga bandar udara, yaitu Bandara Tjilik Riwut di Palangka Raya, Bandar Udara H Asan di Sampit dan Bandar Udara Iskandar di Pangkalan Bun.
Bukan cuma maskapai penerbangan yang rugi, lanjut Nur, pihak otoritas penerbangan juga rugi. “Persentase kerugian otoritas bandara selama bencana kabut asap terjadi mencapai 50 persen,” kata dia mengutip hasil kajian BI.
Belum lagi di sektor perhotelan dan rumah makan, ditaksir Rp 2,07 miliar. Secara keseluruhan, bencana asap ini mempengaruhi perekonomian setempat sekitar 0,04-0,10 persen. (inl/OB1)