BANK Indonesia (BI) mengingatkan perbankan tentang potensi kenaikan kredit macet (Non Performing Loan/NPL).
“Saya lihat NPL (gross) masih jauh di bawah 5 persen. Tapi, perlu diwaspadai kondisi di luar negeri, apalagi jika Fed Fund Rate jadi naik,” kata Gubernur BI Agus Martowardojo di Kantor BI, Jakarta, (30/10/2015).
Menurut Agus, kenaikan suku bunga acuan AS dapat berdampak kepada penguatan dolar AS terhadap mata uang dunia, termasuk rupiah. Akibatnya, kinerja perusahaan yang beroperasi di Indonesia dan memiliki pinjaman dalam bentuk valas (US$), bakal sempoyongan.
“Dolar AS bakal menguat, itu bisa berdampak ke perusahaan kita yang punya pinjaman di luar negeri saat jatuh tempo. Kalau mau perpanjang pinjamannya akan ada risiko kesulitan untuk dapat pinjaman perpanjangan. Hal-hal seperti ini musti kita antisipasi pada kredit bermasalah,” ujar Agus.
Stabilitas sistem keuangan domestik, kata mantan menteri keuangan era Presiden SBY ini, tetap solid. Karena ditopang ketahanan sistem perbankan dan terjaganya kinerja pasar keuangan.
Ke depan, kata Agus, sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi dan dampak pelonggaran kebijakan makroprudensial oleh Bank Indonesia, pertumbuhan kredit diperkirakan akan terus meningkat. (inl/OB1)