CITI Foundation mengeluarkan hasil riset Accelerating Pathways yang dilakukan oleh The Economist Intelligence Unit (EIU) di 35 kota besar di dunia.
Dalam kurun waktu kurang dari satu dekade, Indonesia akan memasuki era bonus demografi dengan lebih dari 2/3 populasi penduduknya berada di usia produktif. Dengan adanya keuntungan ini, tantangan terbesar Indonesia adalah untuk memaksimalkan potensi generasi muda sebagai penggerak utama pertumbuhan dan pembangunan perekonomian bangsa.
Kondisi ini akan semakin menguntungkan ketika melihat optimisme yang sangat tinggi dari generasi muda Indonesia terhadap pertumbuhan dan prospek ekonomi. Berdasarkan survei ‘Accelerating Pathways’ yang dilakukan Citi Foundation dan the Economist Intelligence Unit (EIU), Jakarta sebagai ibukota, berhasil menempati posisi ke-5 dari 35 kota besar di dunia yang memiliki generasi muda dengan tingkat optimisme yang tinggi.
Selain itu, survei ini juga menunjukkan bahwa 79 persen anak muda di kawasan Asia Pasifik, termasuk Jakarta, menunjukkan ketertarikan yang besar untuk berwirausaha.
“Kaum muda memiliki peran yang sangat penting sebagai roda penggerak perekonomian suatu bangsa. Survei yang kami inisiasi ini menunjukkan bahwa Jakarta memiliki potensi yang luar biasa untuk dapat berkembang pesat apabila anak muda di kota ini diberdayakan secara tepat. Lebih dari 87 persen dari kaum muda di Jakarta memiliki tingkat optimisme yang tinggi terhadap masa depan dan prospek perekonomian mereka. Optimisme ini bahkan juga dimiliki oleh mereka yang berasal dari keluarga berperekonomian rendah,” ungkap Head of Country Corporate Affairs Citi Indonesia, Elvera N Makki dalam siaran persnya yang diterima, Sabtu (19/12/2015)
Hasil survei ini juga menunjukkan bahwa Jakarta adalah kota yang berada dalam kategori ‘emerging’ karena dinilai sudah berada di jalur yang tepat dalam hal pemberdayaan generasi muda.
Program Indonesian Youth Employment Network – IYEN “JEJAKMU” (Jejaring Lapangan Kerja bagi Kaum Muda) yang diinisiasi Bappenas dan beberapa program beasiswa lainya dinilai survei ini sebagai bentuk upaya dan dukungan pemerintah Indonesia dalam memberikan kesempatan ekonomi generasi muda.
Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Bappenas, Dr Maliki ST MsiE mencatat, dibutuhkan peran berbagai pihak guna meningkatkan kapasitas kaum muda di Indonesia.
“Kami mengapresiasi komitmen dan upaya Citi Indonesia bersama organisasi nirlaba lainnya dalam membantu meningkatkan kualitas serta kesempatan generasi muda di Indonesia, terutama membuka kesempatan akses terhadap aktivitas ekonomi yang produktif. Hasil riset yang dikeluarkan oleh Citi Foundation ini, dapat menjadi salah satu acuan bagi pemerintah dan institusi lainya untuk menciptakan program-program pemberdayaan pemuda yang tepat guna, sehingga mereka dapat semakin siap untuk menghadapi tantangan global,” ulasnya.
IYEN “JEJAKMU” memiliki fokus untuk mempersiapkan dan meningkatkan efisiensi job market, yaitu dengan cara memperkuat keahlian dan keterampilan generasi muda yang sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja di Indonesia, bahkan mempersiapkan mereka untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri melalui kewirausahaan.
Riset ‘Accelerating Pathways’ dilakukan oleh lembaga independen The Economist Intelligence Unit dan didanai oleh Citi Foundation. Survei dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2015 dan melibatkan lebih dari 5.000 anak muda dari 35 kota besar di dunia.
Pengukuran dilakukan melalui 31 indikator yang berhubungan dengan perkembangan ekonomi generasi muda. Hasil survei kemudian dibagi kedalam empat kategori indeks, yaitu: Dukungan Pemerintah dan Kerangka Institusi bagi Kaum Muda; Kesempatan Kerja dan Kewirausahaan; Pendidikan dan Pelatihan Kerja; serta Modal Sosial dan Sumber Daya Manusia.
Panel diskusi Empowering the Next Generation: The Role of Youth in Poverty Eradication merupakan bagian dari Action Forum for Indonesia Responsible Business “Doing Partnership to Leave Poverty Behind”, yang diselenggarakan selama dua hari 17-18 Desember 2015.
Forum ini menciptakan ruang berbagi tentang bagaimana membangun aksi dan tindakan nyata, memahami urgensi dan tantangan dalam pendekatan antargenerasi, serta memastikan bahwa upaya mencapai kesejahteraan tidak hilang karena korupsi dan bencana. (rel/OB1)