DI awal tahun 2016, peternak unggas banjir orderan. Melimpahnya pesanan hewan unggas sejak sebelum di akhir tahun 2015 hingga awal tahun bersio Monyet.
Hairul Bahri, peternak ayam potong asal Desa Payakapar Bajenis Tebing Tinggi mengaku, tingkat konsumsi masyarakat terhadap hewan unggas itu, mengalami peningkatan yang signifikan.
Dijelaskannya, sejak akhir tahun sebenarnya pihaknya telah kebanjiran permintaan. Akan tetapi puncaknya ada pada awal tahun 2016 ini.
“Sejak akhir tahun 2015 sampai tahun baru kemarin, permintaan memang sangat tinggi. Kita kebanjiran permintaan. Rata-rata kandang peternak kosong, karena ayam habis terjual,” ujarnya.
Dikatakannya, tingginya permintaan pada ayam potong di momen pergantian tahun kemarin, dikarenakan tingkat konsumsi dari masyarakat mengalami peningkatan. Sebab, disaat itu banyak masyarakat yang memilih untuk memakan daging.
Menurut, Hairul tingginya tingkat konsumsi di awal tahun, sudah menjadi kebiasaan masyarakat umum. Sebab, banyak masyarakat membuat perayaan kecil bersama keluarga dan kerabat.
“Memang sudah kebiasaan kan, seperti menjadi tradisi bagi masyarakat untuk buat acara, bakar-bakar ayam. Jadi permintaan meningkat,” katanya.
Selain itu, permintaan dari rumah makan juga mengalami kenaikan. Menurut, Hairul banyak juga keluarga yang ingin makan bersama di restauran. Maka dari itu, permintaan ayam potong dari rumah makan juga tinggi.
“Apalagi libur tahun baru kemarin kan panjang, jadi daging ayam sangat diminati. Banyak keluarga yang makan bersama di restauran,” jelasnya.
Hairul mengatakan, dengan tingginya permintaan pada daging ayam, membuat harga jualnya berpihak kepada peternak. Dari kandang, harga ayam potong dihargai sebesar Rp 18.000 perkilogramnya, dan dipasaran dihargai sebesar Rp 21.000 perkilogramnya.
“Ya bisa dibilang peternak panen untunglah di tahun baru ini. Karena harga jualnya yang berlaku cukup baik,” katanya.
Namun, ia menolak apabila dikatakan para peternak mengalami untung yang besar. Pasalnya, peternak juga memperoleh bibit dengan harga yang mahal.
“Gak bisa dibilang untung besar juga. Karena dulu itu, harga bibit tinggi. Harganya Rp 5.200 perekornya. Jadi keuntungannya yang bisa didapat tidak terlalu besar. Kecuali diharga jual kemarin kita bisa memperoleh bibit dengan harga yang standart yakni dibawah Rp 5.000 perekornya,” pungkasnya. (OB1)