OBROLANBISNIS.COM – Gangguan pasokan komoditi masih mewarnai inflasi Februari 2016 di Provinsi Sumut. Sumbangan inflasi 0,27% tersebut bersumber dari kenaikan harga cabai merah setelah pada bulan sebelumnya juga menjadi komoditas penyumbang inflasi.
Dalam dua bulan awal 2016, kenaikan harga cabe terjadi di Kota Medan dan Kota Sibolga. Di Februari kenaikan terutama terjadi di Kota Medan sementara di Januari terutama di Kota Sibolga.
Selain itu, di Februari 2016 harga beras juga mengalami kenaikan khususnya di dua kota tersebut, dengan kenaikan harga yang tidak terlalu signifikan.
“Gangguan distribusi diperkirakan menjadi penyebab kenaikan harga beras ditengah panen yang sedang berlangsung. Secara keseluruhan inflasi kelompok volatile foods mencapai 10,30%, naik dari 4,76% pada bulan sebelumnya,” kata Direktur Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumut, Subintoro dalam siaran persnya yang diterima, Jumat (4/3/2016).
Sementara itu, inflasi kelompok odministered prices juga mengalami peningkatan, yang didorong oleh kenaikan harga rokok sejalan dengan kenaikan cukai rokok. Kenaikan rokok baru terlihat di Kota Medan dan Kota Padangsidimpuan.
Di Februari 2016, tekanan inflasi kelompok ini mencapai 4,93%. Di kelompok inti, sejalan dengan ekspektasi inflasi dan tren penguatan nilaitukar, inflasi inti meningkat dari 4,34% (yoy) menjadi 5,04% (yoy).
Kondisi tersebut mengindikasikan adanya perbaikan permintaan masyarakat. Secara spasial, infasi Februari 2016 terutama didorong oleh inflasi di Kota Medan yang berperan sekitar 80% terhadap pembentukan inflasi di Sumatera Utara.
Sementara itu, kota-kota lainnya di Sumatera Utara yang disurvei oleh BPS mengalami deflasi dengan deflasi tertinggi terjadi di Kota Pematangsiantar (-0,33%).
Kondisi ini menunjukkan bahwa disparitas inflasi di Sumatera Utara masih cukup lebar terkait konetivitas antar wilayah yang masih perlu diperbaiki. Ke depan, perkembangan inflasi di Maret 2016 diperkirakan relatif stabil dengan potensi untuk mengalami deflasi seiring dengan masih berlangsungnya panen khususnya padi.
Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Utara akan meningkatkan koordinasi pengelolaan pasokan dan kelancaran distribusi.
Hal ini perlu dilakukan agar inflasi Sumatera Utara dapat diturunkan di bawah inflasi nasional. Dengan komitmen yang tinggi dan koordinasi yang baik tingkat inflasi diperkirakan dapat diarahkan pada kisaran sasaran inflasi 4%. (OB1)