OBROLANBISNIS.com – Inflasi Sumatera Utara (Sumut) pada Oktober 2016 masih mencatat inflasi yang cukup tinggi dan jauh di atas inflais nasional.
Tekanan inflasi dari faktor yang bersifat non fundamental terutama dari kelompok volatile foods masih mewarnai inflasi. Dampak gangguan produksi pangan yang cukup signifikan khususnya pada lahan cabe merah menjadi pendorong utama inflasi yang sebesar 1,04% (mtm), dibanding nasional yang hanya mencapai 0,14% (mtm). Secara tahunan inflasi Sumut meningkat menjadi 7,38% (yoy) atau 5,33% (ytd).
Informasi yang diterima dari Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara, dari inflasi Sumut tersebut, harga cabai merah naik sebesar 37,38% (mtm) yang memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,99% (mtm).
Inflasi Oktober utamanya juga disumbang kenaikan harga pangan lainnya yaitu daging ayam ras yang didorong oleh kenaikan day old chick (DOC) yang terjadi sejak Agustus lalu.
Dengan perkembangan tersebut, tekanan inflasi kelompok volatile food kembali meningkat dari 3,24% (mtm) pada bulan lalu menjadi 3,57% (mtm) atau secara tahunan melonjak dari 11,21% menjadi 17,17%.
Sementara itu, tekanan inflasi dari kelompok non fundamental lainnnya yaitu kelompok administred price relatif terkendali. Kebijakan penyesuaian harga tarif listrik memberikan sumbangan inflasi 0,06% (mtm) sehingga pada bulan Oktober 2016, inflasi pada kelompok ini tercatat 0,39% (mtm) atau 2,23% (yoy).