Pengusaha Mikro dan Kecil di Medan Dimotivasi Pegadaian

OBROLANBISNIS.com – PT Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan memotivasi pengusaha mikro dan kecil di Kota Medan dan sekitarnya melalui Seminar Kewirausahaan Enterpreneur Sharing Session yang diselenggarakan di Inna Hotel Dharma Deli Medan, Kamis (27/4/2017).

Deputi Bisnis Area Medan II, Jansen Siahaan mengatakan, kegiatan ini merupakan sumbangsih Pegadaian sebagai bentuk kepedulian kepada UKM dengan menghadirkan pemilik Bakso Malang yaitu Cak Eko dengan memulai bisnisnya dari nol dari tahun 2006 saat itu.

Bacaan Lainnya

Saat ini, sudah memiliki 80 outlet sebagai sharing bisnis bagi para undangan. Di mana Bakso Malang Kota ‘Cak Eko’ menyajikan berbagai macam menu Bakso, Mie Ayam dan Cwie Mie dengan citarasa khas Kota Malang.

Hingga saat ini, Bakso Malang Kota ‘Cak Eko’ sejak awal September 2006 diwaralabakan telah ada beberapa cabang, diantaranya Sangatta, Solo, Temanggung, Yogyakarta, Tangerang, Duri, Tegal, Sintang, Gorontalo, Pangkep, Batang, Kendari, Tegal, Purbalingga, Sigli, Cianjur, Baturaja, Menteng Square, Stasiun Gambir, Menara Apartemen Cawang, Bogor, 1 Cabang di Luar Negeri “Timor Leste”.

“Untuk menggali trik-trik Cak Eko sebab dirinya bukan saja bisnis Bakso di dalam negeri maupun menjangkau hingga ke Singapore dengan menjual bakso. Acara ini sebagai cikal bakal bagi kita semua dalam menjalan bisnis untuk dikembangkan kedepan dengan memanfaatkan momen dalam bertukar pengalaman bisnis beliau nanti. Kita sangat membantu kepada ibu bapak jika memerlukan informasi kita siap membantu untuk memberikan informasi tersebut,” papar Jansen.

Menurut salah seorang Enterpreneur Muda, Cak Eko yang juga pemilik Bakso Malang dalam paparannya menyampaikan, yang penyebabkan kebangkrutan dalam bisnis salah satunya salah memilih parthner bisnis di mana asal kenal lama dan ada uang saja. Oleh sebab itu, yang harus diperhatikan dalam memilih rekan bisnis, yaitu 1) teman main, 2) teman hidup, 3) Benar-benar teman bisnis cara yang praktis dengan mengajak rekan bisnis ke tempat makan mewah.

“Berpura-pura lah ketika hendak melakukan pembayaran coba anda yang harus membayarnya tapi apabila rekan kita tadi menyambar untuk membayarnya sekalian memperhatikan raut wajahnya apakah calon rekan bisnis kita tersebut ikhlas tidaknya membayar makan kita tadi. Hal ini jadi acuan diri kita. Apabila pura-pura bego alias pelit jangan dijadikan rekan bisnis kita, karena akan menyusahkan diri kita dalam berbisnis dikemudian hari,” beber Cak Eko.

Yang membuat bangkrut kedua mencampurkan adukan uang usaha dengan uang pribadi. Kenapa, uang modal dan uang pribadi harus dipisahkan dalam mengatur dan mengelola peluang bisnis kita agar termanajemen dengan baik. “Selain itu modal dasar usaha adalah keberanian, di mana otak kanan harus lebih dominan,” ungkapnya.

Dirinya juga mengingatkan, UKM harus siap menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) yang akan masuk ke Indonesia untuk menhadapi pasar internasional yang merambah Indonesia. “Oleh sebab itu, boleh mencontoh kompetitor kita dengan mencontoh tapi harus memodifikasi produk kita agar dapat bersaing dengan yang lain. Tidak hanya meniru saja karena niscaya kita akan tertinggal dan ditinggalkan konsumen kita nantinya,” terangnya.

Berbagai bidang usaha melalui perjalanan kegagalan bisnis yang dimulai dari MLM, jualan baju batik, indicrat lalu bimatara (bisnis makelar perantara) lalu kegagalan demi kegagalan dialami dirinya dikarenakan manajemen keaungan tidak baik. Lalu, dengan membaca buku yang menuntun bahwa memulai bisnis itu harus dari hobby, kebutuhan masyarakat sekitar, profesi.

“Dalam satu tahun bisnis ambruk dengan membaca majalah mengajarkan diri saya bisnis berjualan dengan mengguna gerobak di depan sekolah, ke minimarket namun baiknya di bulan pertama saja. Ambil kemitraan makan ringan ini gagal lagi. Saya punya tekad saya harus naik kelas tetap melirik bisnis kuliner,” ungkapnya.

Kegagalan ini dikarenakan otak kiri lebih dominan dengan otak kanan sebab tidak memiliki SOP (Standard Operating Procedure) dan manajemen yang baik dalam menjalankan usahanya. SDM dan memperhatikan target pasar dan memiliki branding (merk) produk kita. “Usaha harus di patenkan dan apabila yang menggunakan merk kita bisa kita somasi,” paparnya.

Pertama tertarik membuka bisnis bakso Malang ketika di Bandara. Bayangkan dengan berjualan Bakso bisa menaklukan bandara yang luasnya. Jadi peluang ini menjadi inspirasi usaha dirinya. “Ternyata yang paling penting dalam bisnis adalah bagaimana cara bagi hasil karena selama ini saya tidak memiliki pengetahuan soal bagi hasil tersebut. Jika tidak memperhatikan hal ini bisa merugikan diri kita ketika kita tidak memahaminya bisa gawat bisnis kita kedepannya,” jelas.

Dia menambahkan, ciri-ciri seorang enterpreneur yang profesional harus mampu menunda kesenangan, tidak berhenti berinvestasi, kreatif, inovatif, gigih serta berani. Dan, kalah penting bisnis memerlukan peran media massa selama ini pihak media banyak membantu usaha dirinya. “Usaha jika mau sukses adalah harus fokus dalam menjalankan bisnis kita,” tambahnya.

Konsep modern pertama yang tercipta dari idenya yaitu kedai dengan coconyus menawarkan bisnis barunya dengan es campur di dalam batok kelapa dan lapis Lenongku berawal dari keluhan masyarakat. “Ada pihak keluarga dan teman bertanya kalau di Jakarta ole-ole apa ya untuk dibawa pulang sebagai ole-ole. Dari keluhan tersebut menjadi peluang bisnis baru saya. Jadi jika ingin pebisnis yang sukses harus perhatikan segala faktor dan jangan putus asa serta harus berani mengejar mimpi-mimpi kita agar jadi real enterpreneur dan jika mau membuat usaha bermitra lah dengan Pegadaian,” tegasnya. (rel/OB1)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan