PNJ Dorong Pengembangan Teknik Pemeliharaan Mesin Pesawat

OBROLANBISNIS.com – Dukungan fasilitas untuk pemeliharaan serta perbaikan sangat diperlukan dalam pengoperasian pesawat terbang. Selain itu diperlukan juga tenaga-tenaga yang mampu dan cakap dalam menjalankan proses pemeliharaan tersebut.

Bacaan Lainnya

Untuk menjawab keperluan tersebut, sejumlah maskapai penerbangan di Tanah Air sudah memiliki maintenance facility tersebut. Lebih jauh, berbagai kerjasama juga dilakukan antara industri pemeliharaan tersebut dengan pihak kampus.

Bentuk nyata hal tersebut adalah kerjasama antara Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) dengan Garuda Maintenance Facility (GMF) yang dimiliki oleh anak perusahaan Garuda Indonesia Group, PT GMF AeroAsia tbk. Kerjasama tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pengoperasian fasilitas Maintenance, Repair and Overhaul (MRO).

“Kerjasama GMF dengan Politeknik Negeri Jakarta sudah berjalan dua angkatan. Yang pertama, mahasiswanya ada 24 orang dan kedua, 20 orang. Dalam kerjasama ini, semua lulusan akan direkrut GMF,” ujar Ketua Jurusan Teknik Mesin PNJ, Dr Eng Muslimin MSc dalam pesan elektroniknya.

Menurut dia, kerjasama ini diperlukan oleh kedua pihak karena kebutuhan teknisi pesawat semakin besar dan di negara-negara lain, Aircraft Mentainance Training Organization (AMTO) berada di sekolah-sekolah vokasi. Maka GMF pun mengambil inisiatif seperti itu dengan menyerahkan pendidikan SDM-nya ke Politeknik Negeri Jakarta.

Untuk melakukan program ini tidak sembarangan. Selain harus mempunyai sertifikat dosen, para pengajarnya juga harus memiliki sertifikat dari AMTO. AMTO sendiri mensyaratkan begitu banyak aspek yang harus dipenuhi oleh institusi pendidikan teknisi , termasuk adanya fasilitas hanggar dan unit pesawat.

“Karena kami belum punya, untuk sementara, kuliahnya tetap di sini kemudian yang berhubungan dengan praktek di GMF,” katanya.

Kemudian jajaran pengajarnya pun dibantu oleh GMF, terutama yang berhubungan dengan teknikal pesawat. Lalu, karena harus mempunyai sertifikat, para pengajar mata kuliah dasar pun harus pernah mengikuti training of trainer (ToT) di GMF. Pada jurusan lain, mata kuliah umum biasanya diajarkan oleh dosen biasa, tetapi untuk program ini pengajarnya harus pernah mengikuti ToT di GMF.

Pada tingkat lanjut, para teknisi pesawat sebenarnya terspesialisasi berdasarkan merek dan tipe pesawat, tetapi pendidikan yang dilakukan pada program ini adalah pada pemeliharaan secara umum atau Basic Aircraft Maintenance (BAM).

Namun itu pun, dalam pelaksanaan pendidikannya, para mahasiswa calon teknisi pesawat di PNJ harus menjalani perkuliahan dari pagi sampai sore secara marathon.

Selain itu, perlakuan khusus juga diberikan dalam proses pendidikannya dibandingkan dengan mahasiswa jurusan lain, misalnya bangku khusus yang memiliki alat tambahan, berseragam dan sebagainya. Berbeda juga dengan yang lain yang hanya mendapatkan satu ijazah, setelah lulus mereka akan mengantongi dua sertifikat, yakni sertifikat Diploma III dari PNJ dan sertifikat AMTO yang diterbitkan oleh Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Kementerian Perhubungan.

“Total waktu mereka pendidikan secara teori dan praktek yang disyaratkan sebenarnya selama 3.000 jam. Namun ditambah dengan Diploma III, durasi waktu pendidikannya itu menjadi lebih lama,” ucapnya.

Untuk dapat menjadi peserta dari pendidikan teknisi ini, para calon mahasiswa harus mengikuti ujian khusus dan beberapa hal yang sebelumnya wajib dipenuhi adalah tidak buta warna dan menguasai bahasa inggris.

Penguasaan bahasa Inggris mutlak dimiliki para calon teknisi karena seluruh literatur dan petunjuk yang terkait dengan permesinan pesawat belum ada yang berbahasa Indonesia, tetapi umumnya berbahasa Inggris.

Selain berkerjasama dengan GMF, Jurusan Teknik Mesin PNJ sebelumnya sudah menjalin kerjasama dengan tiga perusahaan besar lain, yakni PT Trakindo Utama, PT Holcim Indonesia, Tbk dan PT Badak Natural Gas Liquefaction (Badak NGL).

Menurut Direktur Politeknik Negeri Jakarta Abdillah, kerjasama dengan Trakindo sudah berjalan lebih dari 13 tahun dan direalisasikan melalui Program Studi alat Berat.

Sedangkan kerjasama dengan Holcim sudah berlangsung selama sektar 13 tahun dan diimplementasikan dalam pengayaan teknik perawatan mesin. Namun PNJ sudah berencana pengayaan ini ke depan akan menjadi program studi sendiri yang bernama teknik industri pengolahan semen.

“Teknik mesin mempunyai tiga pengayaan, yang pertama teknik produksi, kemudian teknik perancangan dan ketiga teknik perawatan. Nah, teknik perawatan ini khususnya mesin-mesin industri,” katanya.

Sementara kerjasama dengan Badak NGL sudah berjalan pada angkatan kedelapan. Kerjasama ini meliputi rotating, electrical serta pengolahan gas yang dilaksanakan melalui teknik konversi energi.

Adapun dalam kerjasama dengan Holcim dan Badak NGL, seluruh biaya pendidikan dan biaya hidup para mahasiswa ditanggung oleh kedua perusahaan tersebut. [rel/OB1]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan