LAPK: Pergantian Direksi Tak Menjamin Pelayanan Tirtanadi Membaik

OBROLANBISNIS.com – Kecurigaan sebagian kalangan yang ditujukan pada Direksi PDAM Tirtanadi yang baru saja dilantik, tidak akan membawa pelayanan semakin baik, dinilai ternyata benar adanya.

Karena masih hitungan hari pasca dilantik yang terjadi justru kualitas air kotor dan berlumpur seperti yang terjadi di Medan Amplas dan Medan Denai. Gonjang-ganjing Direksi PDAM Tirtanadi yang baru tidak memiliki visi pro-pelayanan nampaknya terkonfirmasi terlihat dari fase awal kepemimpinannya.

Bacaan Lainnya

Tentu kualitas air yang kotor cukup disesalkan terjadi pada momen Ramadhan sekarang ini, bukan tidak mungkin kondisi manajemen pelayanan PDAM Tirtanadi bukan semakin baik, tetapi semakin buruk 4 tahun kedepan.

“Kualitas air yang kotor, salah satu masalah yang mendera PDAM Tirtanadi yang tak kunjung teratasi, bahkan dari tahun ke tahun, dari periode direksi berganti periode direksi, kualitas airnya semakin buruk. Masalah lain juga sama peliknya yang tidak kunjung mengalami perbaikan di antaranya losses (kehilangan pasokan air) yang tinggi hampir 30% per tahun, tentu perlu pembenahan mental/tanggungjawab pegawai dan respon cepat penanganan masalah,” sebut Sekretaris Lembaga Advokasi dan Perlindungan Konsumen (LAPK), Padian Adi S Siregar dalam pesan elektroniknya, Rabu (15/5/2019).

Lambatnya penanganan yang dilakukan ketika ada pengaduan terkait sambungan pipa bocor bahkan kadangkala terjadi di wilayah tempat tinggal pegawai/petinggi PDAM Tirtanadi menjadi hal penting untuk disikapi. Serta, buruknya kesadaran pegawai untuk bertanggungjawab terhadap perusahan dan pelanggan ketika terjadi kebocoran sambungan pipa untuk segera diperbaiki merupakan “pekerjaan rumah” direksi PDAM Tirtanadi melakukan pembinaan SDM.

Kualitas air yang buruk turut berkontribusi kurangnya pasokan air PDAM Tirtanadi di Kota Medan. Hampir 15% perbulan air yang mengalir ke rumah pelanggan terbuang sia-sia tanpa dipergunakan untuk kebutuhan konsumsi. Air yang keruh dan berlumpur mengharuskan pelanggan 2-4 hari sekali harus melakukan pembersihan bak/tong air memungkinkan 10-20 liter akan terbuang sia-sia setiap melakukan pembersihan.

Jadi, ketika kualitas air baik PDAM Tirtanadi dapat melakukan penghematan pasokan air dan mengalihkan ke pelanggan lain atau menambah sambungan pelanggan baru.

Manajemen penanganan keluhan yang buruk menjadi persoalan klasik PDAM Tirtanadi yang tidak kunjung diperbaiki. Sikap pasif dan lempar bola yang dilakukan “front liner”, seringkali membuat pelanggan frustasi tidak tahu harus mengadukan masalahnya.

“Janji manis yang diucapkan ketika ada pelanggan mengadu, seperti tagihan tidak sesuai, akan segera diselesaikan tetapi seiring waktu tidak pernah tertuntaskan. Seringkali, pegawai PDAM Tirtanadi malah menyalahkan pelanggan terkait permasalahan yang ada. Media pengaduan pelanggan telah berulangkali berganti nomor, tempat bahkan SDM-nya sudah berganti, tetapi penanganan masalahnya masih seperti periode direksi sebelumnya,” katanya.

PDAM Tirtanadi sudah selayaknya “berkaca diri”. Jangan gara-gara mengejar sambungan pelanggan baru, eh malah justru menelantakan pelanggan lama. PDAM Tirtanadi tidak seharusnya demi kepentingan profit semata, tetapi kualitas, kuantitas dan kontinuitas air tidak kunjung mendapat kepuasan dari pelanggan.

IPAL yang baru juga nampaknya tidak mampu mengatasi permasalahan kualitas, kuantitas dan kontinuitas air di Kota Medan yang tidak mengalami perbaikan pada setiap penggantian Direksi baru, karena patut diduga yang terjadi tidak menempatkan orang berkompetensi di bidangnya. I’tikad baik pada direksi dan pejabat yang ditunjuk untuk memajukan PDAM Tirtanadi sepertinya masih dipertanyakan karena tren pelayanan PDAM Tirtanadi justru menurun. ***

[rel/OB1]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan