Melirik Saham Bank Jago | OBROLANBISNIS.com — Pergerakan harga saham PT Bank Jago Tbk. (ARTO) ditaksir akan dapat menembus harga Rp22.600 dengan rating outperform. Credit Suisse Equity Research dalam laporan terbarunya menyatakan Bank Jago berada di jalur yang jelas untuk menjadi bank konsumen terbaik di Indonesia pada tahun 2030.
Di era disrupsi saat ini, Bank Jago memiliki modal kuat untuk menjadi ‘pengganggu’ yang sukses dalam industri melalui beberapa hal, seperti menyatu dengan GoTo dan ekosistem lainnya, memiliki tim manajemen yang kuat serta berpengalaman, dan basis operasional cloud penuh sekaligus tim teknologi mumpuni.
“Jadi, katalisator utama adalah hasil laporan keuangan kuartal kedua 2021, integrasi Jago dalam aplikasi GoTo, peluncuran aplikasi UMKM Jago, dan peluncuran produk pinjaman digital Jago,” demikian ditulis Credit Suisse, Selasa, 27 Juli 2021.
Ada pun, pemahaman yang lebih baik tentang kredit dan perilaku nasabah perseroan saat ini akan menghasilkan ketersediaan pembiayaan yang lebih baik, dengan proses digital yang mengurangi biaya dan biaya, dan akhirnya data yang lebih baik mengurangi biaya risiko dan dengan demikian memperluas kue pinjaman sistem.
Credit Suisse yakin jumlah total addressable market (TAM) yang dapat direbut Bank Jago mencapai US$150 miliar. “TAM, kami yakin, akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2035. Pelajari lebih dalam tentang berbagai masalah bank digital,” katanya.
Secara teknis, Credit Suisse menggunakan model pendapatan residual yang dinilai paling tepat untuk menunjukkan Bank Jago sebagai bank digital yang sangat berkembang. Metode dasarnya mengasumsikan CAGR pinjaman 51% untuk 2021 hingga 2035, sehingga Jago memperoleh pangsa pasar pinjaman 4,2% sampai 8,6%.
Emiten bank digital ini akan menghasilkan ROE maisng-masing 40% hingga 50%. “Namun, risiko utama adalah kegagalan mendominasi segmen kredit konsumer, lonjakan biaya kredit, CIR yang lebih tinggi, pendatang baru, sekaligus risiko regulasi perbankan nasional,” imbuhnya.
INFO BISNIS
PT Bank Jago Tbk. mulai menunjukkan pertumbuhan kinerja pada paruh pertama 2021. Perseroan membukukan peningkatan kredit 8 kali lipat dari secara tahunan menjadi Rp2,17 triliun. Berdasarkan laporan keuangan perseroan pun membukukan peningkatan dana pihak ketiga yang signifikan 4,27 kali lipat periode sama tahun lalu menjadi Rp1,71 triliun.
Dengan kinerja fungsi intermediasi tersebut, pendapatan bunga bersih naik 5,2 kali lipat secara tahunan menjadi Rp139 miliar. Kendati demikian beban operasional masih terus tumbuh seiring dengan kinerja yang meningkat signifikan. Beban tenaga kerja naik 30% secara tahunan menjadi Rp81 miliar.
Beban promosi pun naik menjadi Rp26 miliar dari periode sama tahun lalu hampir tak ada.
Beban lainnya pun tercatat naik signifikan yakni 5 kali lipat secara tahunan menjadi Rp75 miliar. Dengan demikian, perseroan pun masih tercatat membukukan rugi bersih Rp46,77 miliar, sedikit lebih baik dari periode sama tahun lalu Rp50,9 miliar.
Kestabilan perseroan nampak kuat dengan rasio kecupan modal hingga 342,8%. Rasio kredit bermasalah (non perfoming loan/NPL) gross dan NPL net pun sudah nihil. Net interest margin nampak kuat di posisi 5,04%, naik dari periode sama tahun lalu 4,14%. ***
Glancing at Bank Jago Stocks | OBROLANBISNIS.com — The movement of the stock price of PT Bank Jago Tbk. (ARTO) is estimated to be able to penetrate the price of Rp. 22,600 with an outperform rating. Credit Suisse Equity Research in its latest report stated that Bank Jago is on a clear path to become the best consumer bank in Indonesia by 2030.
In the current era of disruption, Bank Jago has strong capital to become a successful ‘disruptor’ in the industry through several things, such as integrating with GoTo and other ecosystems, having a strong and experienced management team, and a full cloud operational base as well as a capable technology team.
“So, the main catalysts are the results of the second quarter 2021 financial report, the integration of Jago in the GoTo application, the launch of the Jago MSME application, and the launch of the Jago digital loan product,” Credit Suisse wrote, Tuesday, 27 July 2021.
However, a better understanding of the company’s current credit and customer behavior will result in better financing availability, with digital processes that reduce costs and fees, and ultimately better data reducing the cost of risk and thereby expanding the system’s lending cake.
Credit Suisse believes that the total number of addressable markets (TAM) that can be captured by Bank Jago will reach US$150 billion. “TAM, we believe, will triple by 2035. Learn more about digital banking issues,” he said.
Technically, Credit Suisse uses the residual income model which is considered the most appropriate to show Bank Jago as a highly developed digital bank. The basic method assumes a 51% loan CAGR for 2021 to 2035, so Jago gains a 4.2% to 8.6% loan market share.
This digital bank issuer will generate ROE of 40% to 50% each. “However, the main risks are failure to dominate the consumer credit segment, spikes in credit costs, higher CIR, new entrants, as well as the risk of national banking regulations,” he added.
PT Bank Jago Tbk. began to show growth in performance in the first half of 2021. The Company recorded an 8-fold increase in credit from an annual basis to Rp2.17 trillion. Based on the company’s financial reports, the company also posted a significant increase in third party funds 4.27 times in the same period last year to Rp1.71 trillion.
With the performance of the intermediation function, net interest income increased 5.2 times on an annual basis to Rp139 billion. However, operating expenses continued to grow in line with significantly improved performance. Labor expenses increased by 30% on an annual basis to Rp81 billion.
Promotional expenses also increased to Rp26 billion from the same period last year, which was almost non-existent.
Other expenses also increased significantly, namely 5 times on an annual basis to Rp75 billion. Thus, the company still recorded a net loss of Rp46.77 billion, slightly better than the same period last year of Rp50.9 billion.
The company’s stability seems strong with a capital kiss ratio of up to 342.8 percent. The ratio of non-performing loans (NPL) gross and NPL net is already nil. Net interest margin appears strong at 5.04%, up from 4.14% in the same period last year. ***
[bsn/RED-OB]