Maskapai AirAsia Rontok Beralih Ke Taksi Online

Maskapai AirAsia Rontok Beralih Ke Taksi Online

Maskapai AirAsia Rontok Beralih Ke Taksi Online | OBROLANBISNIS — Keputusan mengejutkan dibuat oleh AirAsia, maskapai penerbangan yang berbasis di Malaysia itu kini meluncurkan bisnis baru di layanan ride hailing alias transportasi online.

Bacaan Lainnya

 

Peluncuran layanan baru bernama AirAsia Ride ini terjadi di tengah lesunya industri penerbangan imbas dari pandemi Covid-19. Menurut Ketua Institut Studi Transportasi (Instran) Darmaningtyas, keputusan AirAsia terjun ke bisnis maskapai dinilai sebagai keputusan yang murni bisnis.

Dia mengatakan core atau inti bisnis AirAsia sebagai maskapai penerbangan sedang rontok, maka bisnis lain dalam bentuk apapun yang bisa memberikan keuntungan akan dijajal.



“Saya kira itu soal pertimbangan praktis seorang businessman saja ya, wajar. Kita ketahui ketika core bisnisnya rontok, bisnis maskapainya itu rontok, maka bisnis apa saja akan dijalani, yang penting menguntungkan,” ungkap Darmaningtyas kepada detikcom, Minggu, 29 Agustus 2021.

Apalagi, menurut Darmaningtyas pada dasarnya bisnis maskapai butuh investasi besar, dengan hantaman pandemi pun bisnis ini jadi tidak menjanjikan. Maka dari itu, dia menilai AirAsia mencari jalan realistis untuk bertahan dan menggarap bisnis ride hailing.

Bisnis ini menurut Darmaningtyas demand-nya lebih jelas, tersedia, dan stabil dibandingkan bisnis penerbangan. Maksudnya, permintaan transportasi online lebih banyak daripada permintaan untuk menggunakan pesawat terbang.



INFO BISNIS

“Bisnis penerbangan itu investasinya besar sekali dan rontok selama pandemi. Mereka ini cari yang realistis. Jadi selama pandemi belum ada tanda-tanda berakhir, lebih baik garap bisnis yang riil saja,” kata Darmaningtyas.

Tak berbeda, Pengamat Transportasi MTI Djoko Setijowarno menyatakan terjunnya AirAsia ke bisnis ride hailing adalah imbas dari lesunya bisnis penerbangan. Permintaan penerbangan menurutnya anjlok di masa pandemi.

Dia mengatakan di waktu normal saja, 54% penumpang pesawat tidak dengan biaya sendiri. Dari jumlah itu kebanyakan adalah untuk perjalanan dinas, sementara kenyataannya saat ini perjalanan dinas dari pemerintah hingga BUMN mulai direm.



“Di waktu normal saja, 54% penumpang itu dibayarin. Mereka adalah penumpang perjalanan dinas, baik PNS, Pemda, atau BUMN. Lah sekarang kan dikurangi, direm perjalanan dinasnya. Ada anggarannya juga dipotong. Jadi ya berkurang yang mau naik pesawat,” ungkap Djoko. ***



Google Translate

AirAsia Airlines Falls to Switch to Online Taxis | OBROLANBISNIS — A surprising decision was made by AirAsia, the airline based in Malaysia is now launching a new business in ride-hailing services, aka online transportation.

The launch of a new service called AirAsia Ride occurred amid the sluggish aviation industry as a result of the Covid-19 pandemic. According to the Chairman of the Institute for Transportation Studies (Instran) Darmaningtyas, AirAsia’s decision to enter the airline business is considered a purely business decision.

He said that AirAsia’s core business as an airline was falling apart, so other businesses in any form that could provide profits would be tested.



“I think it’s a matter of practical considerations for a businessman, yes, that’s natural. We know that when the core business collapses, the airline business collapses, then any business will be carried out, the important thing is to be profitable,” said Darmaningtyas to detikcom, Sunday, August 29, 2021.

Moreover, according to Darmaningtyas, basically the airline business needs a large investment, even with the impact of the pandemic, this business is not promising. Therefore, he assessed that AirAsia was looking for a realistic way to survive and work on the ride-hailing business.

According to Darmaningtyas, this business has clearer, available, and stable demand compared to the aviation business. That is, the demand for online transportation is more than the demand for using an airplane.



“The aviation business has a very large investment and fell during the pandemic. They are looking for a realistic one. So during the pandemic there are no signs of ending, it is better to work on a real business,” said Darmaningtyas.

No different, MTI Transportation Observer Djoko Setijowarno stated that AirAsia’s entry into the ride-hailing business was the impact of the sluggish aviation business. According to him, demand for flights has fallen during the pandemic.

He said that in normal times, 54% of airplane passengers do not pay for it themselves. Of that number, most of them are for business trips, while in reality, official travel from the government to SOEs is starting to be put on hold.



“In normal times, 54% of passengers are paid for. They are passengers on official trips, whether civil servants, regional governments, or state-owned enterprises. Now it’s reduced, their official travel is braked. There is also a budget cut. Djoko. ***



[dtf/RED-OB]

#LionAirGroup

#Penerbangan

#InfoBisnis 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan