Mendag Lutfi: Perdagangan RI dan Selandia Baru Peluang Besar

Mendag Lutfi: Perdagangan RI dan Selandia Baru Peluang Besar

Mendag Lutfi: Perdagangan RI dan Selandia Baru Peluang Besar | OBROLANBISNIS.com — Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengapresiasi dukungan Selandia Baru dalam menyukseskan Presidensi G20 Indonesia tahun ini. G20 merupakan forum utama untuk kerja sama ekonomi internasional dan katalis pemulihan ekonomi.

“Negara-negara anggota tidak boleh kehilangan tanggung jawab jangka panjang terhadap G20,” sebut Mendag Lutfi saat melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Pertumbuhan Ekspor dan Perdagangan Selandia Baru Damien O’connor, Sabtu, 21 Mei 2022, di sela rangkaian pertemuan APEC 28th Minister Responsible For Trade (MRT) yang digelar pada 21—22 Mei di Bangkok, Thailand.

Pertemuan tersebut bertujuan untuk mencapai hasil yang berarti tahun ini dengan berfokus pada diskusi konstruktif tentang isu-isu prioritas untuk mencapai pemulihan ekonomi kolektif, yang sejalan dengan SDGs.

“Kami berharap semua anggota dan undangan G20, termasuk Selandia Baru, dapat memberikan semangat yang sama dan menyampaikan dukungannya untuk menyukseskan Presidensi Indonesia dalam memberikan solusi praktis dan hasil tahun ini,” terang Mendag Lutfi.

Dalam pertemuan itu, Mendag Lutfi menyinggung partisipasi ekonomi di kawasan Indo-Pasifik. Menurutnya, Indonesia menyambut keinginan Amerika Serikat (AS) untuk mempererat partisipasi ekonomi dengan kawasan Indo–Pasifik melalui Indo–Pacific Economic Framework (IPEF). Untuk itu, diperlukan sinergi IPEF dan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) seperti yang disampaikan Presiden Joko Widodo saat KTT AS ASEAN.

“Kami ingin melihat hasil nyata yang diharapkan dari setiap kerja sama yang ditawarkan oleh AS, terutama pada pilar perdagangan dan rantai pasokan, serta dampaknya terhadap kemakmuran masyarakat di kawasan Indo-Pasifik, khususnya ASEAN,” tegas Mendag Lutfi.

Mendag Lutfi menambahkan, perdagangan Indonesia dan Selandia Baru memiliki peluang yang besar untuk terus dikembangkan. Indonesia memiliki beberapa produk potensial seperti kendaraan bermotor, kertas koran, kertas tanpa lapisan dan kayu lapis. Sementara, produk potensial dari Selandia Baru di antaranya susu bubuk rendah lemak, potongan sapi beku, dan apel segar.

Dalam bidang investasi, Selandia Baru masuk dalam peringkat ke-38 sumber investasi asing untuk Indonesia pada 2021, dengan total investasi mencapai USD 8,2 juta. Pada periode tersebut, Selandia Baru berinvestasi pada sektor jasa, yaitu hotel dan restoran, perumahan, kawasan industri dan kegiatan bisnis; serta perdagangan dan perbaikan.

“Saya mendorong investor Selandia Baru untuk mengeksplorasi sektor potensial lainnya untuk menciptakan peluang baru bagi pertumbuhan ekonomi kedua negara,” tutup Mendag Lutfi.

Sementara Menteri O’connor menyampaikan dukungannnya dalam meningkatkan kerja sama perdagangan Indonesia dan Selandaria Baru. Selain itu, juga dibutuhkan kerja sama berbagai negara dalam mengatasi tantangan di depan. Salah satunya dalam mengurangi dampak akibat perubahan iklim dan dampak akibat perang yang terjadi antara Ukraina dan Rusia.

Total perdagangan Indonesia dengan Selandia Baru pada periode Januari-Maret 2022 tercatat sebesar 487,10 juta, atau meningkat 32,68 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar USD 367,12 juta. Sedangkan pada 2021, total perdagangan kedua negara tercatat sebesar USD 1,68 miliar.

Reformasi WTO

Dalam pertemuan tersebut, Mendag Lutfi juga menegaskan kembali komitmen Indonesia dalam mendukung Multilateral Trading System (MTS) untuk reformasi Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Mendag Lutfi berharap, Konferensi Tingkat Menteri ke-12 (MC12) akan memberikan hasil yang berarti untuk kemajuan perdagangan dunia.

“WTO harus tetap relevan dengan ekonomi modern sebagai forum multilateral dengan melanjutkan kemajuan pada reformasi WTO yang diperlukan. Terutama untuk menunjuk Badan Banding (AB) dan menetapkan parameter untuk meninjau pekerjaan tersebut,” ujar Mendag Lutfi.

Mendag Lutfi menyampaikan, Indonesia memprioritaskan kesimpulan mandat Doha, seperti subsidi perikanan dan agenda pertanian dengan mengurangi subsidi secara proporsional. Dalam negosiasi perikanan, Indonesia menegaskan kembali dukungan untuk disiplin yang kuat, efektif dan adil dalam mencapai target SDG 14.6 yang mencakup Perlakuan Khusus dan Diferensial (Special and Differential Treatments/SDTs) sebagai elemen penting untuk memastikan kebijakan yang seimbang di antara ekonomi dengan berbagai tingkat pembangunan dan kapasitas.

Untuk Pertanian, lanjut Mendag Lutfi, Indonesia mendukung solusi permanen terhadap cadangan pangan masyarakat untuk ketahanan pangan (Public Stockholding for Food Security Purposes/PSH) dan pogram kerja yang dapat dijalankan pada Special Safeguard Mechanism for Developing Member (SSM) untuk memastikan transparansi, ketahanan pangan, kegiatan re-ekspor; serta menegaskan kembali pentingnya pengurangan subsidi dukungan domestik 50 persen oleh ekonomi maju.

“Sebagai pendekatan alternatifuntuk memajukan hasil multilateral, Indonesia telah bergabung dengan beberapa negosiasi plurilateral. Indonesia menegaskan kembali posisi pada akses pasar dan lokalisasi data dan menolak gagasan moratorium permanen bea masuk pada transmisi elektronik dalam negosiasi e-commerce,” jelas Mendag Lutfi. ***

Bacaan Lainnya

 

google translate

 

Trade Minister Lutfi: Trade between Indonesia and New Zealand is a Great Opportunity | OBROLANBISNIS.com — Minister of Trade Muhammad Lutfi appreciates New Zealand’s support in the success of Indonesia’s G20 Presidency this year. The G20 is the main forum for international economic cooperation and a catalyst for economic recovery.


“Member countries must not lose their long-term responsibility towards the G20,” said Trade Minister Lutfi during a bilateral meeting with New Zealand’s Minister of Export Growth and Trade Damien O’connor, Saturday, May 21, 2022, on the sidelines of the APEC 28th Minister Responsible Meeting. For Trade (MRT) which was held on May 21-22 in Bangkok, Thailand.

The meeting aims to achieve meaningful results this year by focusing on constructive discussions on priority issues for achieving collective economic recovery, in line with the SDGs.

“We hope that all members and invitees of the G20, including New Zealand, can share the same spirit and express their support for the success of the Indonesian Presidency in providing practical solutions and results this year,” explained Trade Minister Lutfi.

During the meeting, Trade Minister Lutfi mentioned economic participation in the Indo-Pacific region. According to him, Indonesia welcomes the desire of the United States (US) to strengthen economic participation with the Indo-Pacific region through the Indo-Pacific Economic Framework (IPEF). For this reason, a synergy between IPEF and the ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) is needed, as stated by President Joko Widodo at the ASEAN US Summit.

“We want to see tangible results that are expected from every cooperation offered by the US, especially on the trade and supply chain pillars, as well as their impact on the prosperity of the people in the Indo-Pacific region, especially ASEAN,” said Trade Minister Lutfi.

Trade Minister Lutfi added that the trade between Indonesia and New Zealand has a great opportunity to continue to be developed. Indonesia has several potential products such as motor vehicles, newsprint, uncoated paper and plywood. Meanwhile, potential products from New Zealand include low-fat milk powder, frozen beef cuts, and fresh apples.

In the investment sector, New Zealand is ranked 38th in the source of foreign investment for Indonesia in 2021, with a total investment of USD 8.2 million. During this period, New Zealand invested in the service sector, namely hotels and restaurants, housing, industrial estates and business activities; and trade and repair.

“I encourage New Zealand investors to explore other potential sectors to create new opportunities for the economic growth of the two countries,” concluded Trade Minister Lutfi.

Meanwhile, Minister O’connor expressed his support in increasing trade cooperation between Indonesia and New Zealand. In addition, the cooperation of various countries is also needed in overcoming the challenges ahead. One of them is in reducing the impact of climate change and the impact of the war between Ukraine and Russia.

Indonesia’s total trade with New Zealand in the January-March 2022 period was recorded at 487.10 million, or an increase of 32.68 percent compared to the same period last year which amounted to USD 367.12 million. Meanwhile, in 2021, the total trade between the two countries will be recorded at USD 1.68 billion.

WTO Reform

During the meeting, Trade Minister Lutfi also reaffirmed Indonesia’s commitment to supporting the Multilateral Trading System (MTS) for the reform of the World Trade Organization (WTO). Trade Minister Lutfi hopes that the 12th Ministerial Conference (MC12) will provide meaningful results for the advancement of world trade.

“The WTO must remain relevant to the modern economy as a multilateral forum by continuing progress on the necessary WTO reforms. Especially for appointing the Appeals Body (AB) and setting parameters for reviewing the work,” said Trade Minister Lutfi.

Trade Minister Lutfi said that Indonesia prioritized the conclusions of the Doha mandate, such as fisheries subsidies and the agricultural agenda by reducing subsidies proportionally. In the fisheries negotiations, Indonesia reiterated its support for strong, effective and equitable discipline in achieving SDG 14.6 target which includes Special and Differential Treatments (SDTs) as an important element to ensure balanced policies among economies with different levels of development. and capacity.

For Agriculture, continued Trade Minister Lutfi, Indonesia supports permanent solutions to public food reserves for food security (Public Stockholding for Food Security Purposes/PSH) and work programs that can be run on the Special Safeguard Mechanism for Developing Members (SSM) to ensure transparency, food security. , re-export activities; and reaffirmed the importance of reducing domestic support subsidies by 50 percent by developed economies.

“As an alternative approach to advancing multilateral outcomes, Indonesia has joined several plurilateral negotiations. Indonesia reaffirms its position on market access and data localization and rejects the idea of ​​a permanent moratorium on import duties on electronic transmission in e-commerce negotiations,” explained Trade Minister Lutfi. ***


[rel/OB2]

#Kemendag
#Kerjasama
#InfoBisnis

Pos terkait

Tinggalkan Balasan