Desa Sihaporas Masih Memanas | Terjadi Pengrusakan Tanaman dan Kendaraan di Areal HGU TPL

Desa Sihaporas Masih Memanas | Terjadi Pengrusakan Tanaman dan Kendaraan di Areal HGU TPL

Desa Sihaporas Masih Memanas | Terjadi Pengrusakan Tanaman dan Kendaraan di Areal HGU TPL | OBROLANBISNIS.com — Iklim di Desa Sihaporas Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun, masih memanas.

Dikabarkan terjadi konflik pengerusakan kendaraan dan tanaman eucalyptus di areal HGU PT Toba Pulp Lestari (TPL), Tbk Sektor Aek Nauli, beberapa waktu lalu.

Bacaan Lainnya

Areal konsesi HTI (Hutan Tanaman Industri) seluas 1.500 hektar di Desa Sipahoras, diklaim sebagai tanah adat oleh kelompok Lamtoras, yang memicu ‘menguapnya’ konflik tanah.

BISNIS HARI INI: Intip Koleksi Shower Terbaru Kohler di KEC Jakarta

 

 

Aksi kelompok Lamtoras ini yang terjadi secara anarkis ‘meletus’ pada 18 Juli 2022, telah dilaporkan perusahaan TPL ke Polres Simalungun. Informasi yang diperoleh di lapangan, sedikitnya ada empat laporan pengaduan yang telah dibuat perusahaan melaporkan kelompok Lamtoras sejak April hingga Juni 2022.

Kelompok Lamtoras dikabarkan merupakan warga masyarakat dari Dusun IV Aek Batu dan Dusun 5 Lumban Ambarita yang berada di wilayah Desa Sihaporas. Mereka mengklaim sebagai keturunan Raja Mamontang Laut Ambarita yang memiliki tanah adat di areal HGU TPL Sektor Aek Nauli.

Aksi anarkisme yang diduga ditunjukan kelompok Lamtoras telah menyebabkan terusiknya ketenteraman wilayah Desa Sihaporas dan mengganggu kelangsungan perekonomian warga dari tiga dusun, yakni Dusun I Sihaporas Bolon, Dusun II Sihaporas Bayu dan Dusun III Gunung Pariama yang selama ini berkerja dengan perusahaan TPL.

 

 

BISNIS HARI INI: Semarakan HUT RI ke 77 | Undi-Undi Hepi Berhadiah Honda BR-V Hingga Jutaan Saldo LinkAja Buat Pelanggan Telkomsel

Jika konflik ini masih terus berkepanjangan, dikhawatirkan akan memicu terjadinya bentrok antarwarga dusun dari satu desa yang sama.

“Kelompok Lamtoras itu hanya sebagian kecil dari warga Sihaporas. Kira-kira mereka itu jumlahnya 40 orang saja. Kami para warga dari tiga dusun tidak mau ikut-ikutan dengan yang mereka tuntut. Makanya kami pun dimusihi mereka,” ungkap seorang warga, yang demi keamanannya meminta identitasnya tidak disebutkan.

Informasi terkait konflik yang terjadi di Desa Sihaporas Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun masih dalam pengembangkan untuk mendapatkan keterangan resmi dari aparat berwajib, pihak perusahaan TPL, tokoh adat/masyarakat maupun pihak kelompok Lamtoras.

BISNIS HARI INI: TPL Dirikan Sekolah Alam Bukti Perusahaan Mendukung Pendidikan Anak

Dikutip dari media online Tempo, lahan adat Desa Sihaporas kata salah satu warga bernama Jhonny Ambarita, sudah dikuasai dan dikelola secara turun temurun sejak 1800-an. “Kami sudah 11 generasi berada di sini,” kata dia.

Namun, sambung Ambarita, lahan adat tersebut diambil PT Toba Pulp Lestari (TPL) dan masuk bagian konsesi lahan di Kabupaten Simalungun.

Puncaknya, ujar Jhonny Ambarita, sekitar pukul 19.30 WIB malam, ratusan warga Desa Sihaporas memasang patok tanda lahan Desa Sihaporas milik keturunan Marga Ambarita. ***

 

google translate

 

 

Sihaporas Village Still Hot | Damage to Plants and Vehicles in TPL HGU Area | OBROLANBISNIS.com — The climate in Sihaporas Village, Pematang Sidamanik District, Simalungun Regency, is still heating up.

It was reported that a conflict occurred in the destruction of vehicles and eucalyptus plants in the HGU area of ​​PT Toba Pulp Lestari (TPL), Tbk Aek Nauli Sector, some time ago.

The HTI (Industrial Plantation Forest) concession area of ​​1,500 hectares in Sipahoras Village, was claimed as customary land by the Lamtoras group, which triggered the ‘evaporation’ of land conflicts.

The action of the Lamtoras group which anarchically ‘erupted’ on July 18, 2022, has been reported by the TPL company to the Simalungun Police. Information obtained in the field, there are at least four complaints reports that have been made by the company reporting the Lamtoras group from April to June 2022.

The Lamtoras group is reported to be a member of the community from Hamlet IV Aek Batu and Hamlet 5 Lumban Ambarita, which are in the Sihaporas Village area. They claim to be descendants of King Mamontang Laut Ambarita who owns customary land in the HGU TPL area of ​​the Aek Nauli Sector.

The anarchist action allegedly shown by the Lamtoras group has disturbed the peace in the Sihaporas Village area and disrupted the economic viability of the residents of three hamlets, namely Hamlet I Sihaporas Bolon, Hamlet II Sihaporas Bayu and Hamlet III Gunung Pariama who have been working with TPL companies.

 

 

If this conflict continues, it is feared that it will trigger clashes between hamlet residents from the same village.

“The Lamtoras group is only a small part of the residents of Sihaporas. There are approximately 40 of them. We residents of the three hamlets don’t want to go along with what they demand. That’s why we are hostile to them,” said one resident, who security asked not to be identified.

Information related to the conflict that occurred in Sihaporas Village, Pematang Sidamanik District, Simalungun Regency is still being developed to obtain official information from the authorities, the TPL company, traditional/community leaders and the Lamtoras group.

Quoted from Tempo online media, the customary land of Sihaporas Village, said one resident, Jhonny Ambarita, has been controlled and managed for generations since the 1800s. “We’ve been here for 11 generations,” he said.

However, continued Ambarita, the customary land was taken by PT Toba Pulp Lestari (TPL) and included in the land concession section in Simalungun Regency.

The peak, said Jhonny Ambarita, at around 19.30 WIB, hundreds of residents of Sihaporas Village put up markers on the land of Sihaporas Village belonging to the descendants of the Ambarita clan. ***

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *