Solusi Pakan Ternak Murah Ala Asian Agri

Solusi Pakan Ternak Murah Ala Asian Agri

Solusi Pakan Ternak Murah Ala Asian Agri | OBROLANBISNIS.com — Sebagai bentuk implementasi komitmen keberlanjutan perusahaan dan pilar ke-2 Asian Agri 2030, yaitu pertumbuhan inklusif dengan mengembangkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), Asian Agri kembali menggelar pelatihan UMKM Naik Kelas 2023 bertajuk ‘Menghadirkan Pakan Ternak Alternatif untuk Mencapai Ekosistem Peternakan yang Optimal’.

Manager Sustainability Operation dan CSR Asian Agri, Putu Grhyate Yonata Aksa menjelaskan, pihaknya terus berkomitmen dalam menjalankan tanggungjawab sosial kepada masyarakat sekitar, dengan berbagai upaya yang tujuan akhirnya adalah peningkatan keterampilan untuk kemandirian ekonomi daerah.

REKOMENDASI: “SMILE” dari Petani Sawit yang Bermitra dengan Asian Agri

“Sejalan dengan komitmen kami yang mendukung pertumbuhan inklusif sebagai pilar ke-2 Asian Agri 2030, kami percaya dengan program berkelanjutan ini salah satunya melalui pelatihan UMKM Naik Kelas, akan membuka peluang lapangan kerja yang semakin banyak dan tentunya ekonomi desa semakin produktif dan meningkat,” ungkapnya saat membuka pelatihan di Asian Agri Learning Institute, Pangkalan Kerinci Pelalawan, Kamis, 11 Mei 2023.

Putu mengakui, pihaknya telah melakukan pembahasan dengan tim internal terkait permasalahan yang dialami pelaku UMKM lokal, terutama di bidang perikanan dan peternakan. Salah satu kendala utama yang kerap dihadapi adalah tingginya biaya pakan yang harus dikeluarkan oleh petani dan pelaku usaha ternak tersebut.

Dari kondisi itu ternyata dampaknya memberikan pengaruh signifikan terhadap kenaikan biaya operasional, yang akhirnya bisa mengurangi keuntungan dari hasil usaha bidang peternakan.

Masalah inilah yang menjadi perhatian Asian Agri, dan pihaknya mendapatkan ide untuk membuat pelatihan pakan ternak alternatif, untuk mencapai ekosistem peternakan yang optimal bagi para pelaku usahanya.

“Kami menggandeng Pendiri Bank Sampah Ibnu Al-Mubarok yaitu Rinwiningsih yang telah berpengalaman membuat pakan ternak alternatif yaitu budidaya maggot dan azola. Sehingga dengan pelatihan sekaligus sharing, diskusi nantinya para peserta ini bisa mengaplikasikan ilmu yang didapatkan serta melihat potensinya kedepan,” ungkapnya.

Bacaan Lainnya

REKOMENDASI: Bermitra Dengan Asian Agri Menguntungkan

Pakan Ternak Alternatif

Pendiri Bank Sampah Ibnu Al-Mubarok, Rinwiningsih memaparkan usaha bidang pakan ternak alternatif ini dimulai sebagai solusi dari mahalnya harga pakan yang diperlukan untuk peternakan ayam di Pondok Pesantren Ibnu Al-Mubarok, Pekanbaru. Karena memang ponpes tersebut adalah sekolah yang juga memberikan peluang pendidikan bagi siswa kurang mampu.

Dari program bank sampah yang berjalan, diketahui adanya peluang budidaya maggot dari lalat black soldier fly (BSF) atau lalat tentara hitam. Namun untuk mulai budidaya maggot ini ternyata tidak semudah yang dibayangkan, karena maggot atau dikenal juga dengan nama belatung ini bisa menimbulkan rasa geli dan merinding bagi yang baru pertama kali melihatnya.

“Karena manfaatnya yang besar akhirnya budidaya maggot mulai berjalan. Dimulai dari lalat BSF yang hanya hidup 3 hari, kemudian menjadi telur dan masuk fase baby maggot dan maggot. Telur maggot saja saat ini harganya per gram sudah Rp10.000 dan kalau 1 kg harganya Rp1 juta,” ungkapnya.

Maggot hasil budidaya ini menurutnya lebih murah untuk dijadikan pakan ternak seperti ikan, ayam, bebek, hingga sapi. Harga pakan budidaya maggot disebut lebih murah dibandingkan biaya pakan ternak seperti pelet yang harganya cenderung terus naik.

REKOMENDASI: Mau Tau Keunggulan Bibit Sawit Topaz Produksi Asian Agri, Yuk Simak Informasinya!

Untuk pakan maggot ini, juga mendukung pemanfaatan sampah rumah tangga yaitu sisa buah-buahan, sayuran, sampah dapur, ampas tahu, dan limbah organik lainnya.

Tidak hanya maggot, Rinwiningsih juga mengenalkan budidaya azolla atau tanaman paku air. Azolla punya kandungan protein tinggi hingga 23 sampai 30 persen.

Tanaman ini memiliki kandungan lignin yang rendah sehingga mudah dicerna oleh ternak. Oleh karena itu tumbuhan Azolla cocok untuk dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak khususnya bebek, ayam, kambing, sapi dan kelinci.

Modal budidaya azolla juga tidak terlalu mahal yaitu hanya bermodal dari kolam ikan yang sudah ada, kemudian ditambahkan tanah dan bibit azolla, setelah bibit ditebar tinggal menunggu masa panen singkat hanya selama 15 hari saja.

REKOMENDASI: Desa Sawit Mandiri | Upaya Asian Agri Mengangkat Perekonomian Desa

“Adanya informasi maggot dan azolla ini sebagai pendorong, agar petani dan pelaku UMKM mau praktek langsung dan melihat bagaimana hasilnya terhadap keperluan bahan pakan yang selama ini menjadi ketergantungan dan membebani peternak,” ungkapnya.

Salah satu peserta pelatihan, Amri Simanjuntak dari Asahan Sumatera Utara mengakui program pelatihan UMKM Naik Kelas 2023 oleh Asian Agri ini sangat bermanfaat dan memberikan ilmu baru bagi para pelaku usaha peternakan.

“Saya di kampung punya bank sampah dan ternak ayam juga, namun memang saya akui biaya pakan pelet ini berat bagi masyarakat. Ilmu yang saya dapatkan di sini akan segera dipraktekkan dan saya bagikan kepada warga kampung, agar semua bisa belajar dan menjalankan langsung. Nantinya saya berharap tiap rumah punya di kampung akan punya ternak ayam dan tidak kesulitan lagi mendapatkan pakan,” pungkasnya. ***


google translate


Cheap Animal Feed Solutions Ala Asian Agri | OBROLANBISNIS.com — As a form of implementation of the company’s commitment to sustainability and the 2nd pillar of Asian Agri 2030, namely inclusive growth by developing micro, small and medium enterprises (MSMEs), Asian Agri is again holding MSME Class 2023 training entitled Presenting Alternative Livestock Feeds to Achieve Optimal Livestock Ecosystem.

Asian Agri’s Sustainability Operation and CSR Manager, Putu Grhyate Yonata Aksa explained, his party continues to be committed to carrying out social responsibility to the surrounding community, with various efforts whose ultimate goal is to improve skills for regional economic independence.

“In line with our commitment to support inclusive growth as the 2nd pillar of Asian Agri 2030, we believe that this sustainable program, one of which is through MSME Class Up training, will open up more job opportunities and of course the village economy will be more productive and increase,” he said when opening the training at the Asian Agri Learning Institute, Pangkalan Kerinci Pelalawan, Thursday, May 11 2023.

Putu admitted that his party had held discussions with the internal team regarding the problems experienced by local MSMEs, especially in the fields of fisheries and livestock. One of the main obstacles that is often faced is the high cost of feed that must be incurred by farmers and livestock business actors.

From this condition, it turns out that the impact has a significant influence on the increase in operational costs, which in turn can reduce profits from the business results in the livestock sector.

This problem is of concern to Asian Agri, and his party got the idea to create alternative animal feed training, to achieve an optimal livestock ecosystem for its business actors.

“We are collaborating with the founder of the Ibnu Al-Mubarok Garbage Bank, namely Rinwiningsih, who has experience in making alternative animal feeds, namely maggot and azola cultivation. So that with training and sharing, the participants will be able to apply the knowledge gained and see its future potential,” he said.

Alternative Animal Feed

The founder of the Ibnu Al-Mubarok Garbage Bank, Rinwiningsih explained that this alternative animal feed business was started as a solution to the high price of feed needed for chicken farms at the Ibnu Al-Mubarok Islamic Boarding School, Pekanbaru. Because indeed the Islamic boarding school is a school that also provides educational opportunities for underprivileged students.

From the garbage bank program that is running, it is known that there is an opportunity for maggot cultivation from the black soldier fly (BSF) or black soldier fly. However, starting maggot cultivation is not as easy as one might think, because maggots, also known as maggots, can cause amusement and goosebumps for those who see them for the first time.

“Because of the great benefits, maggot cultivation has finally started. Starting from BSF flies which only live 3 days, then they become eggs and enter the baby maggot and maggot phases. Maggot eggs are currently priced at IDR 10,000 per gram and if 1 kg costs IDR 1 million,” he said.

According to him, this cultivated maggot is cheaper to make animal feed, such as fish, chicken, ducks, and cows. The price of maggot cultivation feed is said to be cheaper than the cost of animal feed such as pellets whose prices tend to continue to rise.

For this maggot feed, it also supports the use of household waste, namely leftover fruits, vegetables, kitchen waste, tofu dregs, and other organic waste.

Not only maggot, Rinwiningsih also introduced the cultivation of azolla or water ferns. Azolla has a high protein content of up to 23 to 30 percent.

This plant has a low lignin content so it is easily digested by livestock. Therefore the Azolla plant is suitable for use as a mixture of animal feed, especially ducks, chickens, goats, cows and rabbits.

The capital for azolla cultivation is also not too expensive, that is, you only have to invest in an existing fish pond, then add soil and azolla seeds. After the seeds are stocked, you only have to wait for a short harvest period of only 15 days.

“The existence of maggot and azolla information is a driving force, so that farmers and MSME players want to practice directly and see how the results are for the need for feed ingredients which have become dependent and burdensome to breeders,” he said.

One of the training participants, Amri Simanjuntak from Asahan North Sumatra, acknowledged that Asian Agri’s UMKM Class Up 2023 training program was very useful and provided new knowledge for livestock business actors.

“In my village, I have a garbage bank and chicken livestock too, but I admit that the cost of pelleted feed is heavy for the community. The knowledge I get here will be put into practice immediately and I will share it with the villagers, so that all can learn and implement it directly. Later I will I hope that every house in the village will have chickens and will no longer have difficulty getting feed,” he concluded. ***

[rel/OB2]

#AsianAgri
#CSR
#InfoBisnis

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *