Film Layar Lebar Perik Sidua-dua Masuki Proses Shooting Gelombang 1

Film Layar Lebar Perik Sidua-dua Masuki Proses Shooting Gelombang 1

Film Layar Lebar Perik Sidua-dua Masuki Proses Shooting Gelombang 1 | OBROLANBISNIS.com — Film Layar Lebar Perik Sidua-dua telah sampai di fase Shooting; mengeksekusi teks dalam skenario yang berbentuk narasi ke dalam gambar bergerak.

Setelah konferensi pers pada 1 Juni 2023, Gegeh Persada Film yang dinakhodai Benson Adi Saputra Kaban memulai proses Shooting Gelombang Pertama pada 2-4 Juni 2023.

REKOMENDASI: Menikmati Film di Ponsel Anda: Panduan Praktis untuk Menonton Film di HP

Sebelum memulai perjalanan, sang Nakhoda Gegeh Persada Film berdiskusi serius dengan Kapten Produksi Film Perik Sidua-dua yang ia percaya dan yakini mampu menyutradarai perjalanan Film Layar Lebar Perik Sidua-dua sampai ke tujuan.

Kapten itu adalah Agus Susilo, Pimpinan/Sutradara Teater Rumah Mata yang dalam proses di tahap sebelumnya dipercaya untuk mencari dan membina calon aktor bersama tandemnya, Herawanti Handayani, Soekisno dan Rudi Pama dengan metode Pelatihan Keaktoran yang selama ini diterapkan di Teater Rumah Mata. Mereka dibantu satu asisten; aktor Teater Rumah Mata yang telah ditempah sejak 2018 lalu yaitu Siti Azizah.

Kami bergerak dari kajian hilir dan hulu Samudera, peta perjalanan para perlanja sira yang memanfaatkan sungai sebagai jalur lintasan naik dan turun. Dalam diskusi ini beberapa pengetahuan dan pengalaman menerobos masuk untuk membuat rute Shooting Gelombang Pertama.

Tersisip pengalaman kami menyelesaikan Produksi Film Pendek Asal Muasal Puteri Hijau yang didukung Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Olah Raga Kabupaten Karo beberapa hari lalu dengan setting Desa Seberaya yang masuk wilayah Urung Suka Piring.

Bacaan Lainnya

REKOMENDASI: Nonton Streaming Pertandingan Persahabatan Indonesia-Argentina dengan Smartfren Vision+

Dari Kawasan Gunung Barus yang merupakan batas di hulu antara Urung Suka Piring, Urung Sinembah dan Urung Sepuluh Dua Kuta. Kami menemukan beberapa titik lokasi Shooting; Revan Bukkita di Ujung Sampun serta Ladang Kentang dan Warung Kopi Koperasi Desa di Desa Bukit.

Dua titik lokasi shooting ini masuk ke wilayah Urung Suka Piring. Lalu kami menarik kembali perjalanan Puteri Hijau dari Seberaya, Tiga Belawan, Tongkeh, menyusuri Lau Pirik masuk ke Lau Tani hingga membentuk Kerajaan Haru.

Lau Tani berhulu dari Raja Berneh dan Daulu (Lembah Sibayak) lalu jatuh melalui air terjun si Kulikap dan bergabung dengan Lau Seruai dari Gunung Barus, mengalir ke arah Sibiru-biru terus ke Namorambe dan sampailah di Deli Tua.

Di sinilah Puteri Hijau membangun benteng alam Kerajaan Haru. Kami menemukan satu titik lokasi yang masih masuk ke wilayah Urung Suka Piring, yaitu Deli River Omlandia. Shooting Gelombang Pertama Film Layar Lebar Perik Sidua-dua bergerak dari titik ini.

Deli River Omlandia berada di Pinggir Sungai Deli, dekat dengan Situs Benteng Puteri Hijau. Bangunan di Deli River Omlandia ini bernuansa rumah adat Karo berbahan modern. Lokasi di sini sangat asri dan nyaman, memposisikan Sungai Deli sebagai halaman depan. Tidak seperti biasanya bangunan modern yang melahap bantaran sungai Deli, Deli River Omlandia merawat keharmonisan sungai.

REKOMENDASI: Perayaan Merdang Merdem 2023 Ajak Generasi Muda Karo Bersama Wenda Yunita Lakukan Gerakan Pemulihan Fungsi Sungai

Perjalanan Shooting Gelombang Pertama Film Perik Sidua-dua bergeser sedikit ke Hairos Water Park, Jl. Jamin Ginting Km.14,5, Namo Bintang, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Di sini tersedia Wisata Air terlengkap dengan berbagai jenisnya, seperti Water Dancing, Water Fall, Wave Pool, Kiddie Pool, Water Boom, Lazy Pool. Pemilihan tempat ini sebagai lokasi Shooting kedua memanfaatkan beberapa ruang bagian dalam sebagai kantor.

Bi Sungam, sosok Pengusaha Andaliman yang diperankan Sri Wati br Ginting, kesehariannya berprofesi sebagai pengusaha pakaian dan mengelola koperasi simpan pinjam. Usaha Bi Sungam dalam scene ini sedang menghadapi berbagai masalah.

Ia memerintahkan Rasta (diperankan Paul G. Sitepu) yang berada di Tongging agar segera kembali ke kantor. Sementara di scene lain, Raja (diperankan Egi Fahreyza) panik mencari file dan berkas kerjanya, pasti dia takut dimarahi Bi Sungam.

Sementara Rasta tetap masa bodoh, menenggelamkan dirinya ke permainan game online. Adapun Cheng Kun (diperankan Haidir Surbakti, kesehariannya berprofesi sebagai pengusaha dan Owner Hairos Water Park) sedang menginterogasi dua anak buahnya: Ucok (diperankan Gamet Sembiring, kesehariannya berprofesi sebagai supir Bus Almasar juga aktifis wisata alam) dan Hematno (diperankan Sukisno, berprofesi Seniman Sumatera Utara).

REKOMENDASI: Stop Isu Tanah Adat

Ia curiga kedua anak buahnya ini yang mempengaruhi Paguh untuk menyekolahkan lahan pertaniannya. Ketiga scene ini dieksekusi pengambilan gambarnya di Hairos Water Park.

Kemudian dari sini, bersama Bus Almasar kami naik ke gunung dengan harapan sampai di Revan Bukkita dalam waktu dua jam. Seperti pepatah para cendikia, “Tinggi-tinggi gunung Singgalang, lebih tinggi gunung Merapi. Kita manusia hanya bisa rancang merancang, namun rancangan Tuhan juga yang terjadi”.

Ya, manusia diberi kekuasaan untuk membuat gagasan, kemudian merancangnya jadi berbagai program untuk selanjutnya dilaksanakan dengan berbagai cara dan metode, sampai di sini manusia bisa melakukan apapun, tapi untuk hasil Tuhan punya campur tangan untuk menentukan yang terbaik untuk kita.

Perjalanan kami tempuh sekitar 5 jam bersebab di area Sibolangit terjadi kemacetan panjang. Kami berpikir, perjalanan Shooting Gelombang Pertama ini seperti gambaran proses produksi Film Perik Sidua-dua.

Gagasan, rancangan, berbagai cara dan metode telah diupayakan agar proses produksi Film ini berjalan lancar, namun kami harus menghadapi berbagai tantangan, hambatan, kemacetan dan dinamika lainnya yang banyak mengundang resiko.

Namun, apakah dengan berbagai kemacetan yang dihadapi kami berhenti, istirahat atau balik arah? Tentu itu bukan sebuah tindakan pejalan yang memiliki spirit perlanja sira. Kami harus terus bergerak di tengah kemacetan, mencari celah sekecil apapun untuk dapat terus bergerak sampai ke tujuan. Alam telah menggariskan dan itu tertera di hulu maupun hilir; untuk mencapai kesuksesan kita harus siap dihantam kepedihan dan marabahaya.

REKOMENDASI: Daftar Aplikasi Nonton Film Terbaik

Sekitar pukul sepuluh malam, kami tiba di Revan Bukkita, Ujung Sampun. Lelah dan lapar tak membuat kami murka, kami menerima semua ini dengan senyum dan canda tawa. Setelah makan malam, kami semua istirahat di aula yang bentuknya seperti rumah Siwaluh Jabu. Angin beku yang menggigit tulang dihangatkan kebersamaan kami. Begitulah, proses produksi Film Layar Lebar Perik Sidua-dua telah menyatukan semangat dan pemikiran kami untuk terus bergerak maju, walau sejuta rintangan bertubi-tubi menghadang.

Esok paginya, kami bergerak ke ladang kentang milik warga Desa Bukit, namun di film ini jadi milik Bapak Liston (diperankan Usaha Barus, tokoh pertanian di Kabupaten Karo, seorang konsultan pertanian, memiliki berbagai jenis usaha dan sebagai salah satu petani sukses di Karo).

Bapak Liston bersama isterinya, Bi Mawarta (diperankan Puly Yunita Daulay, seorang Master Public Speaking, Motivator di berbagai BUMN dan Instansi Pemerintah) sedang meninjau ladang kentang milik mereka yang akan panen beberapa waktu ke depan. Bapak Liston sangat ambisius untuk menjadikan tanah Karo sebagai penghasil kentang terbesar di dunia.

Kami pun Kembali ke Revan Bukkita. Bi Sungam telah bersiap untuk Kembali ke Andaliman Spice dikawal dua anak buahnya; Raja dan Rasta. Namun Rasta tidak ikut Kembali, ia bertahan untuk mengawasi gerak Langkah Jilena membangun usahanya.

REKOMENDASI: MD Pictures Gandeng Telkomsel Hadirkan Film-film Populer

Film Layar Lebar Perik Sidua-dua Masuki Proses Shooting Gelombang 1

Perjalanan Shooting Gelombang Pertama

Perjalanan Shooting Gelombang Pertama ini benar-benar menguji kesatupaduan tim produksi yang telah dibangun kebersamaannya sejak Desember 2022 lalu. Ya, proses produksi Film memang membutuhkan ketekunan, kesabaran, kesolidan, siap berkorban dan pantang menyerah.

Sebuah proses penciptaan karya yang melibatkan banyak pemikiran, kepentingan, hasrat, orientasi dan berbagai macam tujuan pribadi. Kesemuanya itu harus diracik jadi kebersamaan yang tidak membunuh identitas setiap person yang ada di dalamnya.

Semua perbedaan itu adalah modal besar tim ini. Yang terpenting semuanya harus seia sekata mencapai tujuan bersama yang telah disepakati.

Proses shooting berlanjut di Warung Kopi Koperasi Desa Bukit. Pemilihan warung kopi ini bukan sembarangan. Warung Kopi ini sudah ada sejak zaman sebelum kemerdekaan Republik Indonesia.

Warung Kopi ini milik seluruh warga Desa Bukit yang tidak bisa diperjualbelikan atau dikuasai pemilik modal. Setiap warga berhak mengelola Warung Kopi ini selama tiga bulan untuk mendapatkan modal bertani. Kearifan lokal yang sudah sangat langka dapat terjadi di Republik ini.

REKOMENDASI: Film ‘Cocok Ko Rasa’ | Ini Pesan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi

Konon, di tanah Karo sendiri, tinggal Desa Bukit yang melestarikannya. Warung Kopi Koperasi Desa Bukit ini mengajarkan kepada kita bahwa kesejahteraan dan kemakmuran harus dapat dirasakan bersama-sama, tidak dikuasai oleh pemilik modal yang serakah.

Di warung kopi ini, kami mengambil gambar scene Paguh (diperankan Yori Barus), Hematno dan Ucok bermain catur Karo yang sudah langka. Permainan catur karo ini sebagai kearifan lokal yang sudah sulit ditemukan di tanah Karo sendiri.

Untuk membuat properti catur, kami menempah dari pengrajin di tanah Karo. Scene ini diharapkan ke depannya dapat mengembalikan catut karo sebagai primadona permainan rakyat di Karo, lebih luas lagi di Sumatera Utara. Warga Desa Bukit juga ikut terlibat dalam pengambilan gambar scene ini.

Ah, dari hulu peradaban Kerajaan Haru ini, aku bisa merasakan spirit leluhur mereka dalam membangun infrastruktur sosial, ekonomi dan budaya yang menciptakan kemakmuran bagi seluruh warga.

Pemerintah Sumatera Utara atau Penguasa Republik ini semestinya melakukan studi banding ke Desa Bukit; mempelajari dan memahami cara membangun yang tidak mengeksploitasi dan merebut hak-hak warga.

Akhirnya perjalanan Shooting Gelombang Pertama ini berakhir di Revan Bukkita, mengambil gambar scene Rasta yang gundah gulana mendengar kabar Jilena menginap di rumah temannya di Medan. Ya, malam itu juga kami kembali ke Medan sekitar pukul 24.00 Wib.

Bahkan sampai hari ini saya terus berpikir; kekuatan apa yang dimiliki tim produksi Film Layar Lebar Perik Sidua-dua sehingga mampu bergerak non stop 3×24 jam? Dan kami berada di hulu Urung Suka Piring. ***

[rel/OB1]

#Film
#Lokal
#InfoBisnis

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *