Kawasan Hutan Mangrove Batubara Mengundang Keperdulian BUMN

Kawasan Hutan Mangrove Batubara Mengundang Keperdulian BUMN

Kawasan Hutan Mangrove Batubara
Mengundang Keperdulian BUMN | OBROLANBISNIS.com — Meliputi kawasan seluas 456 hektar di Desa Gambus Laut dan Desa Perupuk, Mangrove Park kini menjadi hutan pelestarian mangrove berkelanjutan di Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara.

Ditetapkan sebagai kawasan hutan kemasyarakatan (HKm), mangrove park yang kini dikelola Kelompok Tani Cinta Mangrove, membutuhkan perhatian dan dukungan dari berbagai pihak, khususnya BUMN yang bergerak di bidang perkebunan dan industri.

REKOMENDASI: Telkomsel Luncurkan Paket YouTube Premium Seharga Rp 49 Ribu

Hal ini diungkapkan Ketua Kelompok Tani Pecinta Mangrove, Azizi didampingi Pembina Kelompok Budiman Amin Tanjung, usai melakukan penanaman secara simbolis 10.000 batang bibit mangrove di kawasan HKm Pantai Sejarah, Minggu, 28 Agustus 2023.

Menurut Azizi yang sudah melakukan rehabilitasi mangrove di Pantai Sejarah sejak tahun 2015, terciptanya kawasan hutan mangrove yang lestari akan berdampak positif bagi pelestarian lingkungan secara menyeluruh.

Sebab mangrove, di samping mampu menahan abrasi air laut di bibir pantai, juga mampu menyerap karbon dioksida (CO2) yang terpapar ke udara dampak dari industry dan pencemaran lingkungan.

“Dalam satu hektar saja, mangrove mampu menyerap hingga 39,75 ton CO2 per tahun. Bayangkan kalau kawasan ini bisa kita lestarikan dengan mangrove. Berapa besar emisi karbon yang bisa kita tekan agar lingkungan terhindar dari polusi,” jelas Azizi.

Selama ini, pihaknya sudah melakukan kerjasama dengan pemerintah Kabupaten Batu Bara, dan sejumlah perusahaan swasta yang memiliki kepedulian terhadap pelestarian kawasan mangrove di pesisir pantai.

Bacaan Lainnya

REKOMENDASI: Pegadaian Berkomitmen MengEMASkan Generasi Muda

Dengan pola kerjasama ini, perusahaan-perusahaan bisa menjadi Wali Asuh bagi tanaman mangrove secara berkelanjutan.

“Kita berharap perusahaan-perusahaan ini memanfaatkan dana CSR atau sejenisnya untuk ikut mendukung pelestarian kawasan hutan mangrove,” tambah Budiman Amin Tanjung.

Luasnya areal yang telah ditetapkan sebagai kawasan hutan kemasyarakatan atau HKm, sangat membuka peluang bagi kepedulian berbagai perusahaan swasta maupun BUMN, khususnya BUMN Perkebunan yang beroperasi di sekitar Kabupaten Batu Bara, dan Asahan.

“Kita sudah menyiapkan skema kerjasama yang akan kita ajukan dalam waktu dekat, semoga bisa disambut positif dan upaya pelestarian kawasan Mangrove Park Pantai Sejarah ini bisa terus berkelanjutan, yang diyakini akan membawa manfaat positif bagi pelestarian lingkungan yang lebih luas,” tambah Budiman Amin Tanjung.

REKOMENDASI: Siaga El Nino 2023 | Asian Agri Lakukan Sosialisasi Antisipasi Karhutla di 5 Desa

Saat ini, di samping menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Kabupaten Batu Bara, Mangrove Park Pantai Sejarah, juga menjadi titik kumpul imigrasi kawasan ratusan ribu burung dari berbagai belahan dunia.

Dari bulan Oktober hingga Maret, pengunjung bisa menyaksikan dari dekat berbagai jenis burung air yang sebagaian sangat langka dan terancam punah berada di kawasan pantai Sejarah.

Mereka berkumpul untuk mendapatkan makanan dan nutrisi sebelum meneruskan perjalanan ke negeri lain, seperti Australia, dan Selandia Baru (New Zeland) untuk berkembangbiak. ***


google translate


Coal Mangrove Forest Area Inviting SOE Concern | OBROLANBISNIS.com — Covering an area of 456 hectares in Gambus Laut Village and Perupuk Village, Mangrove Park is now a sustainable mangrove conservation forest in Batubara Regency, North Sumatra Province.

Designated as a community forest area (HKm), the mangrove park, which is now being managed by the Cinta Mangrove Farmers Group, requires attention and support from various parties, especially state-owned enterprises engaged in plantations and industry.

This was stated by the Head of the Mangrove Lovers Farmers Group, Azizi accompanied by the Budiman Group Trustee Amin Tanjung, after symbolically planting 10,000 mangrove seedlings in the Historical Beach HKm area, Sunday, August 28 2023.

According to Azizi, who has been carrying out mangrove rehabilitation at Historical Beach since 2015, the creation of a sustainable mangrove forest area will have a positive impact on overall environmental preservation.

This is because mangroves, besides being able to withstand seawater abrasion on the shoreline, are also able to absorb carbon dioxide (CO2) which is exposed to the air as a result of industry and environmental pollution.

“In just one hectare, mangroves can absorb up to 39.75 tons of CO2 per year. Imagine if we could preserve this area with mangroves. How much carbon emission can we suppress so that the environment is protected from pollution, “explained Azizi.

So far, his party has collaborated with the Batu Bara Regency government, and a number of private companies that have concern for the preservation of mangrove areas on the coast.

With this pattern of cooperation, companies can become foster care for mangroves in a sustainable manner.

“We hope that these companies will use CSR funds or the like to participate in supporting the preservation of mangrove forest areas,” added Budiman Amin Tanjung.

The extent of the area that has been designated as a community forest area or HKm, opens up opportunities for the concerns of various private and state-owned companies, especially state-owned plantation companies operating around Batu Bara and Asahan districts.

“We have prepared a cooperation scheme that we will propose in the near future, hopefully it can be welcomed positively and efforts to preserve the Historical Beach Mangrove Park area can continue to be sustainable, which is believed to bring positive benefits to wider environmental preservation,” added Budiman Amin Tanjung.

Currently, apart from being one of the leading tourist destinations in Batu Bara Regency, Historical Beach Mangrove Park is also a gathering point for regional immigration for hundreds of thousands of birds from various parts of the world.

From October to March, visitors can watch up close various types of water birds, some of which are very rare and endangered, in the historic coastal area.

They gather to get food and nutrition before moving on to other countries, such as Australia and New Zealand (New Zeland) to breed. ***

[rel/OB2]

#Mangrove
#BUMN
#InfoBisnis

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *