Bisnis Akik Memudar

Tiga bulan lalu kita masih masyarakat di tanah air ‘gila’ dengan batu akik. Sampai-sampai hampir di pelosok nusantara ‘demam’ mencari-cari batu akik untuk dikoleksi. Spontan juga banyak bermunculan perajin hingga pedagang batu akik.

Kini kekilauan batu akik meredup di makan waktu. Mungkin salah satu penyebabnya adalah terjadi kelesuan ekonomi di tengah masyarakat. Imbasnya kini, pengrajin dan pedagang batu akik di beberapa daerah terpaksa gulung tikar.

Bacaan Lainnya

Seperti di Kota Palembang, perajin dan pedagang batu akik kian menyusut. Banyak yang terpaksa tutup karena sepinya penggemar batu akik.

Bambang, salah satu perajin batu akik yang mangkal di Pasar Cinde Kota Palembang, mengeluhkan pendapatan menyusut. “Usaha batu akik sudah tidak lagi bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pendapatan kini tinggal Rp 70 ribu/hari. Dulu batu akik menjadi primadona dengan penghasilan sampai Rp 3 juli/hari,” keluhnya.

Olahan batu akik biasanya diserbu peminatnya, namun kini tinggal beberapa peminat saja yang pencari batu lavender, bacan atau solar.

“Anjlok sudah penghasilan. Kini, sejumlah pedagang, pengrajin serta pencari batu akik telah beralih profesi. Kios yang menyediakan batu akik serta perlengkapannya, banyak yang tutup,” ucapnya.

Hal yang sama dirasakan pedagang dan pengrajin batu akik jenis bacan di Kota Ambon Provinsi Maluku. Konsumen cenderung sepi.

“Kegiatan jualan berbagai jenis batu akik mendadak sepi, tidak seperti beberapa bulan sebelumnya booming batu akik,” kata Rosita, salah satu pedagang batu akik.

Rosita menyebutkan, peminatnya lebih memilih untuk membeli bahan (rough) yang harganya lebih murah sekitar Rp 50 ribu – Rp 100 ribu. Selanjutnya bahan tersebut dipotong dan dipoles menjadi lima atau enam batu akik. (inl/B)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *