Indonesia sebagai negara terdepan didalam memproduksi minyak kelapa sawit (CPO), merupakan suatu prestasi yang membanggakan kita semua.
Sejalan dengan melimpahnya produksi minyak kelapa sawit (CPO), dan inti kelapa sawit (PK), juga menghasilkan limbah cair POME (Palm Oil Mill Effluent) yang cukup signifikan juga.
Di Pulau Sumatera, merupakan daerah yang memiliki perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia, seperti di Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Riau dan Provinsi Jambi.
Menurut Wakil Gubernur, HT Erry Nuradi MSi, seperti Provinsi Sumatera Utara (Sumut) memiliki potensi yang luar biasa di sektor perkebunan, yakni penghasil karet, coklat dan tembakau serta beberapa palawija lainnya.
Selain sektor perkebunan itu, yang lagi primadona dan berkembang di Sumut juga khususnya perkebunan kelapa sawit. “Kini, Sumut dikenal sebagai penghasil Cruide Palm Oil (CPO) terbesar kedua secara nasional setelah Provinsi Riau,” ujar Wagub Sumut.
Erry Nuradi menyebutkan, selama ini, CPO diekspor ke luar negeri. “Sudah saatnya kita untuk mengembangkan teknologi pengolahan CPO menjadi berbagai produk turunan, agar keberadaan CPO memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat,” ujar Wagub Sumut, HT Erry Nuradi MSi.
Kelapa sawit, ujar Erry, menyimpan potensi energi luar biasa dengan berbagai manfaat. Olahan kelapa sawit dapat dijadikan biomassa lignoselulosa non pangan yang tersedia melimpah dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) atau Oil Palm Empty Fruit Bunch dan pelepah kelapa sawit.
Bukan itu saja yang dihasilkan dari olahan kepala sawit menjadi CPO. Limbah cair yang dihasilkannya juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif yang terbarukan.
“Begitu banyak manfaat dari komoditi kepala sawit. Dari cangkang, pelepah daun, buah TBS, maupun batang pohonnya dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif. Bahkan, Pabrik Kepala Sawit (PKS) kabarnya dapat menghasilkan puluhan megawatt listrik. Ini juga potensi bagi Sumut yang beberapa tahun lalu mengalami krisis energi listrik,” ujarnya.
Melihat besarnya potensi yang dimiliki kelapa sawit, Wagub Sumut meminta kepada perusahaan perkebunan kelapa sawit, agar mengembangkan turunan kelapa sawit ini menjadi peluang untuk membuat produk samping menjadi bernilai ekonomi tinggi dan bermanfaat bagi semuanya.
Asian Agri Group, salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit terbesar yang beroperasi di wilayah Provinsi Sumut, Riau dan Jambi melihat peluang untuk membuat produk samping olahan kelapa sawit menjadi bernilai ekonomi tinggi.
POME adalah hasil samping pengolahan minyak sawit yang berhasil diinnovasikan Asian Agri Group.
Melihat peluang dan potensi gas dan nutrisi yang ada pada POME ini, Asian agri tertantang untuk meningkatkan pengelolaan dengan tujuan memaximalisasi energi yang didapat dari POME.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan sejalan dengan budaya Asian Agri, perusahaan yang Innovative & Creative, mencoba melakukan innovasi untuk dapat memanfaatkan POME ini secara maksimal.
Kalau sebelumnya, POME hanya dimanfaatkan untuk Land Application yang berfungsi sebagai subsitusi pupuk, sekaligus sebagai penjaga kelembapan tanah dan juga sebagai penahan erosi bagi tanaman sawit, dengan adanya teknologi terbarukan terbuka peluang untuk memperoleh manfaat lebih dari POME tersebut.
Dalam upaya tersebut, tidak tanggung-tanggung Asian Agri melakukan pengolahan POME untuk menghasilkan energi dengan menggunakan teknologi Jepang.
Asian Agri mengambil langkah besar dengan langsung melakukan investasi berupa pembangunan 5 unit Pabrik Biogas (Biogas Plant). Pabrik Biogas tersebut tersebar di tiga provinsi berlokasi di :
1. Pabrik Biogas Negeri Lama Dua, di Desa Sidomulyo Kecamatan Bilah Hilir Kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara
2. Pabrik Biogas Gunung Melayu Satu, di Desa Batu Anam Kecamatan Rahuning Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara
3. Pabrik Biogas Ukui Satu, Desa Air Hitam Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau
4. Pabrik Biogas Buatan Satu, Desa Bukit Agung Kecamatan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau
5. Pabrik Biogas Taman Raja, Desa Lubuk Bernai Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi
Menurut Head Mill & Engineering Asian Agri, Sahat Sibuea, teknologi yang digunakan berasal dari Jepang. Teknologi ini berbeda dengan teknologi yang telah diterapkan oleh beberapa perusahaan sejenis.
“Kami menggunakan teknologi dari Jepang yakni menggunakan digester tank dan An MBR tank dari Jepang. Teknologi ini, kami nilai lebih unggul dalam prosesnya karena menggunakan An MBR (Kubota Anaerobic Membrane Bio reactor), system dengan Bakteri Thermophilip yang fungsinya mempercepat dan memaksimalkan proses pembentukkan gas metan,” ujarnya.
Menurut beliau, setiap Pabrik Biogas yang dibangun mampu menghasilkan power sebesar 2 MW. “Sehingga apabila hal ini berjalan, maka Asian Agri melalui pabrik biogasnya mampu menghasilkan power 10 MW, ini merupakan energi besar dan memberikan harapan baru di era krisis energi khususnya listrik belakangan ini,” ujarnya.
Saat ini, ke 5 pabrik biogas tersebut dalam proses finishing dan 2 pabrik biogas direncanakan akan commissioning pada pertengahan Maret 2015.
Dilihat dari besaran energi yang dihasilkan, serta ketersediaan POME yang cukup signifikat di Indonesia, maka pengelolaan POME menjadi energi terbarukan, diharapkan menjadi solusi mengatasi krisis energi yang seharusnya dapat dikembangkan dan dicontoh oleh perusahaan dari industri sejenis. (OB1)